PSIKOLOGI PENDIDIKAN
KEMATANGAN INTELEKTUAL DAN
PENGARUUHNYA
OLEH :
1.
ANTONIUS
HIMANG
2.
ASMITA
YATI
3.
FRANSISKA
KAROLINA
4.
VERA
RAHMAWATI
5.
FLAFIANA
LENDES
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
WIDYAGAMA MAHAKAM
SAMARINDA
2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehasirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa
mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikiran.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan kami, kami yakin masih
banyak kekurangna dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan keritik yang membangun untuk makalah ini.
Samarinda, 19 September 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. INTELEGENSI 2
B. KEMATANGNAN 4
BAB
III PENUTUP
A.
KESIMPULAN 10
DAFTAR
PUSTAKA 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang masalah
Ilmu
psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala jiwa. Maka dari itu, psikologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala jiwa yang
berkenaan tentang pendidikan, misalnya tentang belajar dan berbagai aspeknya.
Dalam hal belajar ini terdapat berbagai aspek yang salah satunya mengenai hal
kematangan dalam hal belajar. Dalam buku Child Development, Elizabeth
B. Hurlock mengemukakan bahwa perkembangan pribadi manusia itu
merupakan hasil atau akibat dari pada kematangan dan belajar.
Mungkin
masih sangat membingungkan apa yang dimaksud dengan kematangan,intelegensi,
aspek-aspeknya, prinsip-prinsipnya dan hubungan antara anak dengan kematangan
dan kesiapan anak dalam belajar. Oleh karena itu, sehubungan dengan judul
makalah ini mengenai kematangan maka kami akan mencoba membahasnya sedetail
mungkin.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas,maka masalah penelitian yang akan dirumuskan
adalah sebagai berikut:
1. Memahami ciri-ciri kematangan
dan pengaruhnya terhadap readiness
2. mendiskripsikan hakekat
intelegansi dan pengertiannya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
INTELEGENSI
1.
Hakekat intelegensi
Peranan
intelegensi dalam proses pendidikan dianggap sedemikian pentingnya sehingga
dipandang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar, sedang pada
sisi lain ada juga orang-orang yang mengangap intelegensi itu tidak berpengaruh
besar terhadap hal tersebut.Banyak teori tentang intelegensi bertolak dari
asumsi yang bebeda memberikan rumusan yang berbeda pula. Beberapa teori
memperlihatkan kecenderungan yang sama, bahwa intelegensi menunjukan kepada
cara individu berbuat, apakah berbuat dengan cara yang cerdas atau kurang
cerdas atau tidak cerdas sama sekali.
Suatu
perbuatan yang cerdas ditandai oleh perbuatan yang cepat dan tepat. Cepat dan
tepat dalam memahami unsur –unsur yang ada dalam suatu situasi, dalam melihat
hubungan antar unsur, dalam menarik kesimpulan serta dalam mengambil keputusan
atau tindakan.
Menurut
Spearman ( yang terkenal dengan teori Spearman), ada dua faktor pada kecakapan,
yaitu faktor umum ( faktor G atau General factor) dan faktor khusus
( faktor S, Special factors). Faktor umum mendasari hampir semua
perbuatan individu, sedang faktor khusus berfungsi dalam perbuatan-perbutan
tertentu yang khas.Selanjutnya menurut Spearman faktor G bersifat bawaan sedang
faktor S merupakan hasil belajar.
Menurut
Cyrill Burt menambahkan faktor ketiga, yaitu faktor kelompok ( faktor C ,Common
Factors). Menurut Burt di samping faktor umum dan faktor khusus ada faktor
kelompok yang merupakan rumpun dari beberapa faktor khusus. Kemampuan dibidang
seni merupakan suatu faktor C, sebab seni merupakan suatu rumpun dari seni
tari, musik, suara, lukis, pahat, dekorasi, drama, dsb
2. Ciri-ciri orang yang intelegen
Menurut
teori fungsional, orang yang intelegen (cerdas) umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
Cenderung
untuk menetapkan dan memperjuangkan tujuan tertentu. Makin cerdas seseorang
akan makin cakap dia membuat tujuan sendiri, punya inisiatif sendiri, tidak
menunggu perintah belaka. Juga makin tetap pada tujuanya.
b.
Mampu
mengadakan penyesuaian dengan maksud untuk mencari tujuan itu. Makin cerdas
seseorang dia makin kritis untuk menyesuaikan dirinya dengan situasi dan
menyesuaikan cara-cara baru demi mencapai tujuan.
c.
Mampu
untuk oto-kritik, artinya mengkritik diri sendiri dan pandai belajar dari
kesalahan-kesalahanya.
3. Adapun ciri-ciri kematangan
intelektual atau perilaku individu yang memiliki kecerdasan tinggi.
a. Terarah kepada tujuan (purposeful
behavior). Perilaku intelegen selalu mempunyai tujuan dan di arahkan
kepada pencapaian tujuan tersebut, tidak ada perilaku yang sia-sia.
b. Tingkah laku terkoordinasi (organized
behavior).Seluruh aktivitas dari perilaku intelegen selalu terkoordinasi
dengan baik. Tidak ada perilaku yang tidak direncanakan atau tidak terkendali.
c. Sikap jasmaniah yang baik (physical
well toned behavior).
d. Memiliki daya adaptasi yang
tinggi (adaptable behavior). Perilaku cerdas cepat membaca dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, tidak banyak mengeluh atau merasakan
hambatan dari lingkungan.
e. Berorientasi kepada sukses
(succes oriented behavior). Perilaku cerdas berorientasi kepada keberhasilan,
tidak takut gagal, selalu optimis.
f. Mempunyai motivasi yang tinggi
(clearly motivated behavior). Perilaku cerdas selalu didorong oleh
motivasi yang kuat baik yang datangnya dari dalam dirinya maupun dari luar.
g. Dilakukan dengan cepat (rapid
behavior). Perilaku cerdas dilakukan dengan cepat, karena ia dengan cepat
pula dapat memahami situsasi atau permasalahan.
h. Menyangkut kegiatan yang luas (broad
behaviors). Perilaku cerdas menyangkut suatu kegiatan yang luas dan
kompleks yang membutuhkan pemahaman dan pemikiran yang mendalam.
B.
KEMATANGAN
1.
Pengertian Kematangan
Kematangan adalah kemampuan seseorang untuk berbuat seseuatu
dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah memiliki intelegensi.
Intelegensi itu ialah faktor total berbagai macam daya jiwa erat bersangkutan
di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat dan sebagainya) turut
mempengaruhi intelegensi seseorang.
Kematang disebabkan karena perubahan “genes” yang mentukan
perkembangan struktur fisiologi dalam system saraf, otak dan indra sehingga
semua itu memungkuinkan individu matang menngadakan reaksi-reaksi terhadap
setiap stimulus lingkungan.
Menurut English & English, kematangan adalah “Maturity
is the state or condition of complete or adult from structure, and function of
anorganism, wether in respect to a single trait or, more often, all traits.”
(English & English, 1958: 308)definisi di atas dapar diartikan bahwa
kematangan adalah keadaan atau kondisi bentuk, struktur dan kondisi yang
lengkap atau dewasa pada suatu organism, baik terhadap suatu sifat, bahkan
seringkali semua sifat.
Kematangan (maturity) membentuk sifat dan kekuatan dalam diri
untuk bereaksi dengan cara tertentu, yang disebut “readiness” (kesiapan).
Readiness yang dimaksud yaitu readiness untuk
bertingkah laku yang instingtif, maupun tingkah laku yang dipelajari. Yang
dimaksud dengan tingkah laku instingtif,yaitu suatu pola tingkah laku yang
diwariskan (melalui proses hereditas).
ciri tingkah laku instingtif :
a.
Tingkah
laku instingtif terjadi menurut pola pertumbuhan herediter.
b.
Tingkah
laku instingtif adalah tanpa didahului dengan latihan atau
praktek
sebelumnya.
c.
Tingkah
laku yang instingtif berulang setiap saat tanpa ada saraf yang menggerakkannya.
Tingkah laku instingtif ini
biasanya terjadi karena adanya kematangan seksual,atau fungsi saraf. Yang
termasuk tingkah laku yang diwariskan adalah bukan hanya tungkah laku insting
reaksi-reaksi psikologis seperti: reflex, takut, berani, haus,lapar, marah,
tertawa, dan lain-lain adalah tidak usah dipelajari melainkan sudah diwariskan.
Tingkah laku apapun yang
dipelajari, memerlukan kematangan. Orang tak akan dapat berbuat secara iteligen
apabila kapasitas itelektualnya belum memungkinkanya. Untuk itu kematangan
dalam struktur otak dan system saraf sangat diperlukan.
Dalam kehidupan individu,
banyak hal yang tidak dapat dilakukan atau diperoleh hanya dengan kematangan,
melainkan harus dipelajari. Misalnya mengenai, kemampuan berbicara, membaca,
menulis dan berhitung. Dalam hal ini melakukan aktivitas-aktivitas semacam itu,
kematangan memang tetap diperlukan sebagai penentu readiress untuk belajar.
2.
Prinsip-prinsip pembentukan
kematangan.
Seseorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila di dalam
dirinya sudah terdapat “readiness” untuk mempelajari sesuatu itu. Ada orang
yang mengeratikan readiness sebagai kesiapan atau kesediaan seseorang untuk
berbuat sesuatu.
Readiness dalam belajar melibatkan beberapa faktor yang
bersama-sama membentuk readiness, yaitu:
a.
Perlengkapan
dan pertumbuhan fisiologis; ini menyangkut pertumbuhan terhadap perlengkapan
pribadi seperti tubuh pada umumnya, alat-alat indra, dan kapasitas intelektual.
b.
Motivasi;
yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan tertentu individu untuk
mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubunagn dengan system
kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan.
Dengan demikian, readiness
seseorang itu senantiasa mengalami perubahan setiap hari sebagai akibat dari
pertumbuhan dan perkembangan fisiologis individu serta adanya desakan-desakan
dari lingkungan seseorang.
Perkembangan readiness terjadi
dengan mengikuti prinsip-prinsip tertentu. Adapun prinsip-prinsip tersebut
ialah sebagai berikut:
a.
Semua
aspek pertumubuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness.
b.
Pengalaman
seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
c.
Pengalaman
mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian
inidividu, baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah.
d.
Apabila
readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang,
maka saat-saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi
perkembangan pribadinya.
Berdasarkan prinsip-prinsip
tersebut, jelaslah bahwa apa yang telah dicapai oleh seseorang pada masa-masa
yang lalu akan mempunyai arti bagi aktifitas-aktifitasnya sekarang. Apa yang
telah terjadi pada saat sekarang akan memberikan sumbangan terhadap readiness
individu di masa mendatang.
3.
Ciri-ciri Adanya Kematangan
Mengetahui adanya tahap kematangan suatu sifat sangat penting
artinya bagi seorang pendidik atau pengasuh, karena pada tingkat itulah si anak
akan memberikan reaksi yang sebaik-baiknya tehadap semua usaha bimbingan atau
pendidikan yang sesuai bagi mereka.
Adanya ciri-ciri kematangan tersebut pada diri si anak adalah
ditandai dengan adanya:
a.
Perhatian
si anak
b.
Lamanya
perhatian berlangsung
c.
Kemajuan
jika diajar atau dilatih
Telah banyak
percobaan-percobaan diadakan untuk mengetahui sampai dimana seorang anak dapat
berkembang hanya atas dasar kodrat dan sejauh mana atas dasar pengajaran
ataupun pengalaman. Hasilnya antara lain:
a.
Pada
tahun-tahun pertama “kematangan” ini penting karena memungkinan pengajaran atau
latihan.
b.
Dalam
perkembangan phylogenetic tidak terdapat perbedaan diantara anak kembar dan
anak yang berbeda rasanya.
c.
Berlangsungnya
secara bersama-sama antar pertumbuhan kodrat (kematangan) dengan pengajaran
atau latihan adalah sangat menguntungkan bagi perkembangan anak.
4.
Fungsi Kematangan dalam Proses
Perkembangan atau Belajar
Dalam proses perkembangan fungsi kematangan itu adalah sebagai
berikut:
a.
Pemberi
bahan mentah atau bahan baku bagi sebuah perkembangan
misalnya kematangan otot dan urat kaki sebagai bahan untuk
perkembangan berjalan.
b.
Pemberi
batas dan kualitas perkembangan, makin baik kualitas perkembangan suatu fungsi
akan semakin baik kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi dan juga
sebaliknya.
c.
Pemberi
kemudahan bagi pendidik atau pengasuh apabila melatih, membimbing ataupun
mengajarnya.
5.
Kematangan Sebagai Dasar dari
Pembentukan Readiness
Pengaruh kondisi jasmaniah terhadap pola tingkah laku atau
pengakuan sosial sangat tergantung kepada:
a.
Pengakuan
individu yang bersangkutan terhadap diri sendiri (self concept).
b.
Pengakuan
dari orang lain atau kelompoknya. Masing-masing individu mempunyai sikap
tersendiri terhadap keadaan fisiknya.
Perubahan jasmani memerlukan
bantuan “motor learning” agar pertumbuhan itu mencapai kematangan. Kematangan
atau pun kondisi fisik baru akan memperoleh pengakuan sosial, apabila individu
yang bersangkutan mengusahakan “social learning” (belajar berinteraksi
dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan nilai-nilai
serta minat-minat kelompok). Dengan diusahakannya hal di atas, diharapkan
individu mencapai tingkat-tingkat kematangannya sesuai dengan tahap-tahap
pertumbuhannya, belajarnya, dan lingkungan sosialnya.
6.
Lingkungan atau Kultur Sebagai
Penyumbang Pembentuk Readiness
Perkembangan pada diri seorang anak tergantung pada pengaruh
lingkungan dan kultur di samping akibat tumbuhnya pada pola jasmaniah.
Stimulisasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu mempengaruhi
perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan-tujuan, perasaan, dan karakter
individu yang bersangkutan.
Dalam perkembangan kehidupan individu, lingkungan yang dihadapi
atau direaksi semakin luas. Meluasnya lingkungan dapat melalui beberapa cara,
antara lain:
a.
Perluasan
paling nyata adalah dalam arah stimulasi fisik anak. Makin tua umur manusia
makin luas pula medan geografis yang dihadapi, dan arah stimulasinya semakin
melebar pula.
b.
Manusia
yang mengalami perkembangan kapasitas intelektual dan di samping itu
pemikirannya meningkat, maka dalam hidupnya terjadi banyak perubahan
lingkungan. Dengan perkataan lain, lingkungan banyak mengalami perubahan di
dalam diri manusia, misalnya di dalam pengamatannya, kesan-kesannya, ingatannya,
imajinasinya, dan yang terlebih penting adalah dalam pemikirannya.
c.
Akibat
dari keadaan itu, terjadilah perubahan lingkungan di dalam kemampuan individu
membuat keputusan. Perubahan lingkungan itu terjadi akibat belajar serta
bertambahnya kematangan manusia. Semakin tua atau dewasa, manusia pun menjadi
merdeka dan bertanggung jawab. Dengan adanya kemampuan mengontrol lingkungan
yang lebih luas, maka makin banyaklah kesempatan manusia untuk belajar. Dengan
makin banyaknya manusia belajar, maka kematangan tidak semakin berkurang,
melainkan dapat lestari bahkan mengikat.
BAB
III
KESIMPULAN
1. Kematangan adalah kemampuan
seseorang untuk berbuat seseuatu dengan cara-cara tertentu. Singkatnya ia telah
memiliki intelegensi. Intelegensi itu ialah faktor total. Berbagai macam jiwa
erat bersangkutan di dalamnya (ingatan, fantasi, perasaan, perhatian, minat dan
sebagainya yang turut mempegaruhi intelegensi seseorang).
2. Prinsip-prinsip pembentukan
kematangan, di antaranya:
a. Semua aspek pertumubuhan
berinteraksi dan bersama membentuk readiness.
b. Pengalaman seseorang ikut
mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu.
c. Pengalaman mempunyai efek
kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian inidividu, baik yang
jasmaniah maupun yang rohaniah.
d. Apabila readiness untuk
melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat-saat
tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan
pribadinya.
3. Adanya ciri-ciri kematangan
pada diri anak ditandai dengan adanya:
a. Perhatian si anak
b. Lamanya perhatian berlangsung
c. Kemajuan jika diajar atau
dilatih.
4. Dalam proses perkembangan atau
belajar, fungsi kematangan itu adalah sebagai berikut:
a. Pemberi bahan mentah atau bahan
baku bagi sebuah perkembangan; misalnya kematangan otot dan urat kaki sebagai
bahan untuk perkembangan berjalan.
b. Pemberi batas dan kualitas
perkembangan, makin baik kualitas perkembangan suatu fungsi akan semakin baik
kualitas hasil perkembangan yang akan terjadi dan juga sebaliknya.
c. Pemberi kemudahan bagi pendidik
atau pengasuh apabila melatih, membimbing ataupun mengajarnya.
Kematangan disebabkan karena
perubahan “genes” yang menentukan perkembangan struktur fisiologis dalam system
saraf, otak dan indra, sehingga semua itu memungkinkan individu matang dalam
mengadakan reaksi-reaksi terhadap stimulus lingkungan. Lingkungan atau kultur
juga berperan sebagai penyumbang pembentukan readiness (kesiapan belajar)
karena stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan mental individu
mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, dan tujuan-tujuan,
perasaan, dan karakter individu yang bersangkutan.
DAFTAR
PUSTAKA
Utomo, Lilik Wahyu. 2007.
Psikologi Belajar. Purworejo: Universitas MuhammadiyahPurworejo.
Sukmadinata, Nana
Syaodih. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
0 komentar:
Posting Komentar