Jumat, 20 September 2019

Kelompok1_Teori Belajar dan Aplikasinya



MAKALAH
TEORI BELAJAR DAN APLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN





Disusun oleh ;
Kelompok 1
Almaysar Hidayat Saputra ( 1886206016 )
Novita Anwarti ( 1886206006 )
Rolen ( 1886206043 )
DestiantiCaturLia ( 1886206019 )
WikaFradila ( 1886206037 )
Faisal abdau ( 1886206054 )

Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FakultasKeguruan Dan IlmuPendidikan
UniversitasWidya Gama Mahakam Samarinda
2019

KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kekhadirat Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan  nikmat-Nya kepada kita semua sehingga kelompok kami diberikan kelancaran dalam membuat makalah yang berjudul “Teori belajar dan aplikasinya dalam belajar”. Shalawat dan salam semoga selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta seluruh umatnya termasuk kita yang akan melanjutkan perjuangan semoga kita akan mendapatkan sya’fatnya nanti diakhirat
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselesaikanya makalah ini
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kami pun masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga Makalah ini memberikan manfaat yang besar bagi kita semua.

Samarinda, 19 September 2019


                                                                                                            PENULIS






DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.......................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah..................................................................... 2
C.     Tujuan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
1.      Teori Behavioristik.................................................................... 3
2.      Teori Kognitif........................................................................... 7
3.      Teori Humanistik...................................................................... 9      
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................... 15



BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
     Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Dr Oemar Hamalik mengartikan pembelajaran sebagai “suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran”. Juga dikemukakan bahwa pembelajaran merupakan “upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik”.
     Salah satu unsur penting bagi guru untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi pembelajaran yang direncanakan dan dikelolanya ialah pemahaman tentang konsep atau teori belajar. Kalau guru memahami bagaimana individu dapat belajar secara lebih efektif, maka ia dapat membantu peserta didiknya mengalami kegiatan belajar dengan hasil optimal. Kalau guru hanya menguasai bahan pengajarannya namun kurang mengerti cara efektif anak didik belajar, maka hasil kegiatan yang dikelolanya tentu bisa kurang memuaskan. Untuk tujuan itu, guru perlu terus belajar dari berbagai teori belajar, dan meninjau secara kritis dan konstruktif manfaatnya dalam pembelajaran.
     Dari beberapa keterangan di atas telah menunjukan betapa pentingnya pemahaman mengenai teori belajar dan pembelajar agar tercapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak baik terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik. Karena dorongan itulah maka perlu adanya penjelasan mengenai teori belajar dan pembelajaran serta pekembangan dan penerapannya dalam proses pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dari teori behavioristik dan penerapanya?
2. Apa yang di maksud dari teori kognitif dan penerapanya?
3. Apa yang di maksud dari teori humanistik dan penerapanya?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui teori behavioristik dan penerapanya
2. Agar dapat mengetahui teori kognitif dan penerapanya
3. Agar dapat mengetahui teori humanistik dan penerapanya


BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori Behavioristik
       Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang menyatakan tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
       Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme.
       Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati (observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahan-perubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena tidak dapat diamati.
       Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah laku juga dikaitkan dengan kondisi biologis.
       Diharapkan guru dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak.
       Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sederhana karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku. Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut.
Analisis Teori Behavioristik
       Pendidik yang masih menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara dari yang sederhana sampai yang komplek.
       Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Teori ini banyak dikritik karena seringkali tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-hal yang berkaitan dengan pendidikan dan/atau belajar yang dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori ini tidak mampu menjelaskan penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam hubungan stimulus dan respon.
       Teori behavioristik juga cenderung mengarahkan pebelajar untuk berfikir linier, konvergen, tidak kreatif dan tidak produktif. Pandangan teori ini bahwa belajar merupakan proses pembentukan atau shaping, yaitu membawa pebelajar menuju atau mencapai target tertentu, sehingga menjadikan peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Padahal banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar, proses belajar tidak sekedar pembentukan atau shaping.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
       Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
       Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
       Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
       Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Siswa dianggap sebagai robot yang hanya menjalankan perintah guru. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
       Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Siswa adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar dirinya.
       Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut.
       Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.
2. Teori Belajar Kognitif
       Teori belajar ini disebut sebagai model perceptual, yaitu melatih siswa untuk mengoptimalkan dalam memahami terhadap suatu objek. Teori ini menyatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan dirinya. Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahamn yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak.
       Teori kognitif ini sangat besar pengaruhnya dalam proses pembelajaran, akibatnya pembelajaran di Indonesia pada umumnya lebih cenderung kognitif oriented (berorientasi pada intelektual/kognisi). Sehingga out put pendidikan kaya intelektual tetapi miskin moral kepribadian.
       Menurut Myers kognisi mengacu pada semua aktivitas mental yang berkaitan dengan berpikir, memahami, dan mengingat.
       Menurut dreve kognisi adalah istilah umum yang mencakup segenap model pemahaman, yaitu persepsi, imajinasi, penangkapan makna, penilaian, dan penalaran.

Aplikasi Teori Kognitif dalam Kegiatan Pembelajaran
       Pada hakikatnya teori kognitif adalah sebuah teori pembelajaran yang cenderung melakukan praktek yang mengarah pada kekuatan intelektual peserta didik. Meskipun teori ini memiliki berbagai kelemahan, namun memiliki juga kelebihan yang harus diperhatikan yaitu kecerdasan peserta didik perlu dimulai dari adanya pembentukan kualitas intelektual (kognitif). Konsekuensinya proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas agar siswa mengembangkan kualitas intelektualnya.


3. Teori Belajar Humanistik
       Dalam teori humanistik, proses belajar dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
       Teori belajar ini lebih banyak berbicara tentang konep-konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
       Teori humanistic bersift sangat eklektik. Setiap pendekatan belajar memiliki kelemahan maupun kelebihannya, teori ini akan memanfaatkan teori-teori apapun, asal tujunnya tercapai.
       Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain yaitu Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
       Menurut Arthur Combs (1912-1999) Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan anak. Anak tidak bisa matematika atau bahasa bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa mempelajarinya dan mereka merasa tidak memiliki alasan penting untuk mempelajarinya.Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yangada. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Mereka menganggap siswa seperti gelas-gelas kosong yang siap diisi sesuai kehendak gurunya,
       Menurut Maslow ,Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada suatu usaha yang positif untuk berkembang dan kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju.
       Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya. Hierarki kebutuhan manusia menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperhatikan oleh guru pada waktu ia mengajar anak-anak.
       Menurut Carl Rogers Guru menghubungkan pengetahuan akademik kedalam pengetahuan terpakai seperti mempelajari mesin dengan tujuan untuk memperbaiki mobil. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Implikasi Teori Belajar Humanistik
       Keberhasilan implementasi teori humanistic dalam belajar harus dilakukan dengan cara menciptakan suasana pembelajaran yaag menyenangkan, menggairahkan, member kebebasan siswa dalam memahami dan menganalisis pengalaman atau teori yang dialami dalam kehidupan. Agar belajar bermakna bagi siswa, diperlukan inisiatif dan keterlibatan penuh dari siswa sendiri. Maka siswa akan mengalami eksperemensial (eksperemential learning).
       Pembelajaran menurut teori humanistic adalah bagaimana seorang guru benar-benar mampu memahami perbedaan dan memposisikan siswa sebagai kelompok yang harus dibimbing dan dikembangkan semua potensinya. Indikasi keberhasilan atau kualitas pembelajaran dilihat dari kemampuan peserta didik untuk melakukan sosialisasi kepada sesama manusia. Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa pembelajaran dan pendidikan adalah proses membimbing agar peserta didik benar-benar bisa menjadi profil manusia yang ideal dan sempurna.
       Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa. Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif.
       Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.










BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
       Pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan dimana guru (pengajar) dan murid (pembelajar) berinteraksi, membicarakan suatu bahan atau melakukan suatu aktivitas, guna mencapai tujuan yang dikehendaki. Salah satu unsur penting  untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi pembelajaran yang direncanakan dan dikelolanya ialah pemahaman tentang konsep atau teori belajar.
       Dalam melaksanakan proses pembelajaran maka, terdapat beberapa teori-teori agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan sebagaimana mestinya. Hal tersebut merupakan suatu pemahaman mengenai teori belajar dan pembelajar untuk mencapainya proses belajar mengajar yang akhirnya berdampak baik terhadap pencapaian prestasi belajar mengajar siswa atau anak didik.
       Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologis dalam diri siswa.
       Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar. Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.
Teori belajar behavioristik menjelaskan perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Sedangkan teori kognivistik ini lebih menekankan kepada proses belajar daripada hasil belajar. Dalam teori humanistik, proses belajar dimulai dan ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.















DAFTAR PUSTAKA
M. Saekhan Muchith, M.Pd. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group.
Hill, F. Wilfred. 2009. Theories of Learning (Terj. Teori-teori Pembelajaran). Bandung: Nusa Media.



Share:

0 komentar:

Posting Komentar

adsense

Sosiologi Antropologi

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini