Jumat, 12 April 2019

Pengaruh Sekolah Terhadap Prilaku dan Kepribadian Semua Pihak di Sekolah_Kelompok 3


MAKALAH
PENGARUH SEKOLAH TERHADAP PRILAKU DAN KEPRIBADIAN SEMUA PIHAK DI SEKOLAH 


Di Susun oleh :
Kelompok 3

1. Fiqi Aulia Rahman    (1886206001)
2. Jelfini                         (1886206026)
3. Ni Luh Widiasih        (1886206050)
4. Elisthina                   (1886206023)
5. Ajie James Edwin      (1886206051)
6. Elma Tiara                (1886206008)



Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
2019






KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kekhadirat Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan  nikmat-Nya kepada kita semua sehingga kelompok kami diberikan kelancaran dalam membuat makalah yang berjudul “Penagruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah”. Shalawat dan salam semoga selamanya tercurah dan terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya serta seluruh umatnya termasuk kita yang akan melanjutkan perjuangan semoga kita akan mendapatkan sya’fatnya nanti diakhirat
Dalam makalah ini kami uraikan berbagai hal terkait masalah hakikat kepribadian guru dan peranan sosial guru, baik itu peranan sosial di sekolah maupun di masyarakat serta beberapa hal lainya yang berkaitan dengan pengaruh sekolah terhadap perilaku dan kepribadian semua pihak di sekolah .
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselesaikanya makalah ini
Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kami pun masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini di kemudian hari. Semoga Makalah ini memberikan manfaat yang besar bagi kita semua.

Samarinda, 2 Februari 2019


                                                                                                            PENULIS










DAFTAR ISI
Cover judul................................................................................................................ i
Kata Pengantar........................................................................................................... ii
Daftar Isi.................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
Pembahasan................................................................................................................ 3
BAB III PENUTUP
Kesimpulan................................................................................................................ 16
Daftar Pustaka............................................................................................................ 17















BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

Peran sosial di guru di sekolah merupakan peranan yang sangat penting, peran guru dari dulu sampai sekarang tetap sangat diperlukan. Dialah yang membantu manusia untuk menemukan siapa dirinya, ke mana manusia akan pergi dan apa yang harus manusia lakukan di dunia. Manusia adalah makhluk lemah, yang dalam perkembangannya memerlukan bantuan orang lain, sejak lahir sampai meninggal. Orang tua mendaftarkan anaknya ke sekolah dengan harapan guru dapat mendidiknya menjadi manusia yang dapat berkembang optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru. Dalam kaitan ini guru perlu memperhatikan peserta didik secara individu, karena antara satu perserta didik dengan yang lain memiliki perbedaan yang sangat mendasar. Mungkin kita masih ingat ketika masih duduk di kelas I SD, gurulah yang pertama kali membantu memegang pensil untuk menulis, ia memegang satu persatu tangan siswanya dan membantu menulis secara benar. Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, dan membiasakan mereka untuk bertanggungjawab terhadap setiap perbuatannya begitu juga peran guru di masyarakat sangat penting peranan guru dalam masyarakat berbeda-beda tergantung situasi dan kondisi. Di sekolah guru menjadi pengajar, pembimbing serta teladan bagi murid-muridnya. Kemudian di masyarakat guru merupakan figur teladan bagi masyarakat di sekitarnya yang memberikan kontribusi positif dalam norma-norma sosial di masyarakat. Di Negara maju ditempatkan pada kedudukan yang tinggi karena peranannya sangat penting. Mungkin akan berbeda bila kita lihat di Negara berkembang seperti Indonesia, hal ini masih sulit kita temui.
Di dalam masyarakat yang sangat menghargai guru, peranan guru sangat sulit kalau tidak diimbangi dengan kecakapan dan kompetensi dalam bidangnya. Ia akan tersisih dengan sendirinya karena persaingan dengan guru-guru yang lebih mumpuni. Apalagi bila ada guru yang tidak mampu memberikan keteladanan untuk peserta didiknya, pasti ia akan tersisih karena banyak masyarakat yang menjadikanyan sebagai bahan pembicaraaan yang tidak baik. Dan masalah ini masih sering kita temui di sekitar kita pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya.
Kedudukan guru sebagai seorang teladan dan fungsi tanggung jawab moral di masyarakat menjadi tugas yang begitu berat. Mengapa? Karena baik secara langsung dan tidak langsung guru bertanggung jawab atas generasi bangsa yang dihasilkannya. Prilaku anak bangsa menjadi  salah satu tolak ukur bukti pendidikannya. Namun, bukan berarti ini menjadi tanggung jawab para guru sepenuhnya. Keterlibatan keluarga dan masyarakat di sekitarnya pun memiliki andil prilaku tersebut.
Guru juga dituntut harus memiliki kepribadian yang baik karena Kepribadian adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi.
Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya jika gurunya saja tidak memiliki kepribadian yang baik bagaimana dengan siswa nya jadi kepribadian seorang guru sangat berpengaruh kepada siswa .
Untuk itu untuk merealisasikan kepribadian tersebut perlu adanya proses sosial yaitu sosialisasi peserta didik yang mana Proses sosial pada masyarakat pada dasarnya akan mengarahkan juga pada masalah proses sosialisasi pada usia anak. Hal ini cukup beralasan karena anak merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai objek penting dalam proses sosialisasi. Sebagai anggota masyarakat anak dituntut untuk sanggup hidup dalam masyarakat dengan baik, oleh karena itu anak perlu mendapatkan pendidikan untuk bersosialisasi dengan baik.
Salah satu aspek penting dalam sosialisasi anak adalah keluarga,anak berinteraksi dengan ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lain, dimana anak memperoleh pendidikan informal berupa kebiasaan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat orang tua terhadap anaknya. Kebiasaan tersebut bermacam-macam, misalnya tentang cara makan, bertutur kata, bangun pagi dan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat agamis. Kegiatan tersebut sangat membantu anak dalam proses pembentukan kepribadiannya.



B.   Rumusan Masalah

Agar penulisan makalah ini terstruktur dan mencapai tujuan yang diinginkan maka hendaklah kita membuat beberapa rumusan masalah rumusan masalahnya adalah :
1.      Pengertian Guru ?
2.      Apa saja peran sosial guru di lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat ?
3.      Pengertian hakikat kepribadian guru ?
4.      Apa saja kepribadian yang harus dimiliki guru ?
5.      Bagaimana pengaruh kepribadian guru terhadap perilaku siswa ?
6.       Apa saja fungsi sekolah dalam sosialisasi siswa ?

















A.      Pengertian Guru
Pengertian guru adalah seorang tenaga pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing, melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik.
menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang guru dan dosen Pasal 2 ayat 1 guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga yang professional.  Dengan demi kian guru adalah pendidik dan pengajar yang profesional.   Yang dimaksud Peran Sosial adalah pola tingkah laku yang diharapkan  masyarakat dan dipegang teguh oleh masyarakat tersebut. Jadi peran sosial guru tidak terbatas di sekolah saja, tetapi juga masih memiliki peran lainnya dalam masyarakat luas. Misalnya pembina bidang olah raga, pembina bidang kesenian, pembina PKK dan sebagainya. 
B.      Peran Sosial Guru di sekolah dan Masyarakat
1.     Guru sebagai alat peraga 
Guru berada diantara murid dan mata pelajaran. Sebagai media harus dapat berperan dengan baik. Guru  menguasai materi, kurikulum yang dipakai, metode pembelajaran, ilmu jiwa belajar, hukum/prinsip belajar mengajar dan lain-lain. 
2.      Guru sebagai penguji
Guru melakukan penilaian atau evaluasi terhadap perkembangan hasil  belajar murid-muridnya. Menurut  Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 58 ayat 1 disebutkan bahwa: evaluasi belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan hasil belajar secara berkesinambungan. 
3.      Guru sebagai orang yang berdisiplin
Disiplin berasal dari bahasa Yunani “ disciplus” yang berarti murid atau pengikut seorang guru. Seorang muri d atau pengikut harus tunduk kepada peraturan, kepada Otoritas gurunya.  Sedangkan guru harus dapat diikuti muridnya. Dengan kata lain seorang guru  sebagai pemimpin di sekolah harus memiliki dan dapat berdisiplin sehingga menjadi tauladan dalam menegakkan kedisiplinan. 
4.      Guru sebagai orang kepercayaan
Seorang guru di sekolah biasanya  sebagai orang yang dapat dipercaya, baik kata-kata maupun perbuatannya. Dapat dipercaya oleh muridnya maupun oleh siapa saja yang ada di sekolah. 
5.      Guru sebagai pengenal kebudayaan 
Secara langsung atau tidak langsung guru memperkenalkan dan menanamkan nilai-nilai, kebiasaan, etika, keyakinan, adat istiadat, dan sebagainya yang merupakan unsur dari kebudayaan. Hal-hal yang mempunyai nilai tinggi dan dijunjung tinggi ditanamkan kepada murid, dan dijaga keberadaannya. 
6.      Guru sebagai pengganti orang tua 
Di sekolah guru dapat memainkan peranan sebagai pengganti orang tua atau dengan kata lain guru adalah  orang tua di sekolah. Sehingga segala sesuatu yang terjadi di sekolah merupakan tanggung jawab guru, termasuk dalam hal berkaitan dengan kesejahteraan dan keamanan, memperoleh pengetahuan, maupun norma agama,  norma masyarakat, dan aturan pemerintah. 
7.      Guru sebagai penasehat murid 
Sebagai penasehat, memiliki peran membantu murid dalam  perencanaan akademis maupun dalam hal memecahkan masalah lain yang ada di sekolah. Saat ini pe ranan tersebut juga dika takan sebagai pembimbing di sekolah. 
8.      Guru sebagai teman sebaya 
Di sekolah peranan guru dengan sesama guru, dan guru dengan pegawai memiliki hubungan profesional serta dapat dikatakan senasib dan seperjuangan. Walaupun di sekolah ada uns ur senioritas, umur, bidang studi, tetapi dalam melaksanakan tugas harus tercipta sebagai teman sekerja.  Dalam melaksanakan tugas saling bekerja sama dan saling membantu. 
9.      Guru sebagai orang ahli/profesional 
Guru tentunya menguasai bidang  tugasnya, yaitu menguasai ilmu pengetahuan dibidangnya atau profesional. Menurut Undang-Undang Nomor  14 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 4 disebut profesional adalah  pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan ol eh seorang guru dan menj adi sumber penghasilan kehiduapan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.  
10.  Guru sebagai pegawai 
Guru juga mendapatkan gaji sebagai seorang pegawai. Guru terikat  dengan peraturan pegawai pada  umumnya, sehingga guru selain mendapatkan hak juga memiliki kewajiban sebagai pegawai. 
11.  Guru sebagai bawahan 
Dilihat dari struktur di sekolah guru merupakan bawahan dari kepala sekolah. Oleh karena itu guru harus t unduk pada aturan-aturan dari kepala sekolah. Dengan kata lain guru harus dapat mengikuti ketentuan dari pemimpin atau kepala sekolah. 
12.  Guru sebagai penasehat/konsultan 
Sebagai konsultan/penasehat, maka guru harus dapat berperan menjadi seorang ahli yang mengikuti garis pedoman berkaitan dengan pengembangan program pengajaran. Apabila guru melaksanakan peran tersebut, maka guru memiliki peran sosial di sekolah.

Peran sosial guru di masyarakat

1.      Peran sebagai  participant/peserta 
Guru pada umumnya ikut berpartisipasi aktif  dalam kegiatan masyarakat lebih besar jika dibandingkan dengan orang yang memiliki profesi lain. Seperti: pedagang, pengusaha, peta ni, pejabat, nelayan, sopir,  dan sebagainya. Dalam seminggu sebagian waktunya dihabiskan dalam kegiatan masyarakat, dan banyak guru yang terlibat aktif dalam semua kegiatan yang ada di masyarakat. 
2.      Leader/ pemimpin 
Di sekolah atau kelas guru adalah seorang pemimpin, demikian pula di masyarakat guru juga dianggap sebagai seorang pemimpin. Guru di masyarakat kita dianggap sebagai tokoh masyarakat, dengan kata lain sebagai pemimpin masyarakat. 
3.      Pembuka jalan 
Karena guru dianggap mempunyai pendidikan yang tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya , maka guru sebagai pembuka jalan terutama dalam pembangunan masyarakat.  Selain sebagai pembuka jalan juga sebagai orang yang dapat menjadi teladan di lingkungannya.
4.      Perhatian penuh terhadap anak 
Masyarakat berharap agar guru dapat memperhatikan pada anak-anak.  Seorang guru harus mencintai anak, yang diwujudkan dengan memberikan perhatian penuh terhadap anak khususnya  di sekolah juga di masyarakat.

C.       Pengertian Hakikat Kepribadian Guru

Kepribadian adalah sebagai keseluruhan pola sikap, kebutuhan, ciri-ciri khas dan prilaku seseorang. Pola berarti sesuatu yang sudah menjadi standar atau baku, sehingga kalau di katakan pola sikap, maka sikap itu sudah baku berlaku terus menerus secara konsisten dalam menghadapai situasi yang di hadapi. Seorang guru memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga dapat dibedakan ia dengan guru yang lain. Kepribadian menurut Zakiah Darajat disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, atau ucapan ketika menghadapi suatu persoalan.
Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi kehidupannya. Karenanya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan perbuatan yang positif agar dapat mengangkat kewibawaannya, terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan.


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kepribadian adalah sikap pikiran, mental yang membentuk watak dan di proyeksikan dalam proses tingkah laku. Secara umum guru sebagai tenaga pendidik dituntut untuk memiliki kompetensi kepribadian yang merujuk pada norma agama atau nilai-nilai universal adat istiadat dan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tantang guru dan dosen pasal 10 yang menyebutkan bahwa; “kompetensi guru meliputi kompetensi paedagogik, kompetensi kepribadian, kompetansi sosial, kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Salah satu kompetensi yang mutlak dimiliki oleh guru sebagai tenaga pendidikan sebagaimana yang dikemukakan dalam pasal 10 tersebut adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi kepribadian ini penting untuk dimiliki karena pendidikan menginginkan terjadinya keselarasan atau kesesuaian antara perkataan (apa yang diajarkan) dengan tindakan (apa yang dilakukan).










D.      Kepribadian Yang Harus dimiliki Guru
Guru yang demikian niscaya akan selalu memberikan pengarahan kepada anak didiknya untuk berjiwa baik juga. Dalam menggerakkan murid, guru juga dianggap sebagai partner yang siap melayani, membimbing dan mengarahkan muridnya.
Jadi kepribadian guru merupakan hal yang sangat penting disini dan harus memiliki kepribadian seperti :
1. Kepribadian yang mantap dan stabil:
Ø  Bertindak sesuai dengan norma hukum
Ø  Bertindak sesuai dengan norma sosial
Ø  Memiliki konsisten dalam bertindak
2. Kepribadian berakhlak mulia:
Ø  Berakhlak mulia dan menjadi teladan
Ø  Memiliki perilaku yang diteladani oleh peserta didik
3. Kepribadian yang dewasa:
Ø  Menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik
Ø  Memiliki etos kerja sebagai guru
4. Kepribadian yang arif:
Ø  Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat
Ø  Menunjukkan dalam berfikir dan bertindak
5. Kepribadian yang berwibawa:
Ø  Memiliki perilaku yang bersifat positif terhadap peserta didik
Ø  Memiliki perilaku yang disegani


E.     Pengaruh Kepribadian Guru Terhadap Siswa
           Karakter kepribadian seorang guru akan sangat mempengaruhi siswa dalam pembelajaran. Aspek kewibawaan dan keteladanan guru merupakan dua hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran siswa. Mengajarkan sesuatu pada siswa membutuhkan kewibawaan agar siswa mau diatur dengan senang hati. Kewibawaan harus diawali dengan keteladanan yang baik. Baik keteladanan dalam lingkup sekolah maupun dalam lingkup masyarakat. Guru harus senantiasa menjaga wibawanya dengan selalu bersikap baik sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Guru, bagi siswa lebih-lebih guru SD adalah sosok yang sempurna. Oleh siswa, guru dijadikan sosok manusia ideal yang akan ditiru perilakunya dan cara berpikirnya. Kepribadian guru mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap minat belajar siswa dan iklim emosional kelas.


            Kepribadian guru yang buruk dapat mengakibatkan siswa menganggap remeh gurunya sendiri sehingga siswa menjadi malas belajar. Kasus seperti ini karena siswa tidak merasa segan terhadap guru. Siswa enggan diajar oleh guru tersebut. Kepribadian guru yang baik akan memahami kelakuan anak didiknya sesuai dengan perkembangan jiwa yang sedang dilaluinya. Setiap pertanyaan dari siswa dipahami secara obyektif tanpa dikaitkan dengan prasangka dan emosi yang tidak menyenangkan. Guru yang tidak tahan kritik kerap bersikap negatif dalam menanggapi pertanyaan siswa yang dianggap mengancam harga dirinya. Namun perasaan emosi guru yang mempunyai kepribadian terpadu tampak lebih stabil, optimis dan menyenangkan. Dia dapat memikat hati siswanya, karena setiap anak merasa diterima dan disayangi oleh guru, betapapun sikap dan tingkah lakunya.

            Dalam proses pembelajaran, kepribadian guru akan mewarnai iklim emosional kelas. Kepribadian guru akan termanifestasikan dalam bentuk sikap dan perilaku selama mengajar. Guru yang ramah dan penyayang akan menciptakan iklim yang kondusif dan memberikan aura positif terhadap perkembangan psikis siswa. Siswa akan merasa aman, nyaman dan senang belajar di kelas. Siswa juga akan termotivasi untuk belajar dan mau menaati peraturan yang dikeluarkan oleh guru. Sebaliknya, Guru yang keras dan pemarah akan menimbulkan iklim kelas yang mencekam. Kelas yang mencekam dan tidak menyenangkan dapat menimbulkan dampak negatif bagi siswa. Guru yang otoriter membuat siswa merasa tegang dan malas belajar. Biasanya siswa melakukan protes dalam bentuk kenakalan seperti membuat gaduh, tidak memperhatikan pelajaran dan lain-lain. Kondisi kelas yang seperti ini tentu akan menurunkan prestasi belajar siswa.









F.    Peranan dan Fungsi Sekolah
Pengertian Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses melalui mana manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakatnya, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitas untuk berfungsi baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok. Sedangkan menurut Kimball Young dalam buku Sosiologi Pendidikan karya Ary H. Gunawan mengatakan bahwa sosialisasi merupakan hubungan interaktif  dimana seseorang dapat mempelajarikebutuhan sosial dan kultural yang menjadikan sebagai anggota masyarakat. Dari penjelasan ini jelas tampak bahwa sosialisasi merupakan suatu proses belajar kepada seseorang agar dapat mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat, agar nanti dapat hidup di masyarakat dengan layak. Karena itu, sosialisasi merupakan proses belajar bagi seseorang
Sosialisasi Peserta Didik
Proses sosial pada masyarakat pada dasarnya akan mengarahkan juga pada masalah proses sosialisasi pada usia anak. Hal ini cukup beralasan karena anak merupakan bagian dari masyarakat dan sebagai objek penting dalam proses sosialisasi. Sebagai anggota masyarakat anak dituntut untuk sanggup hidup dalam masyarakat dengan baik, oleh karena itu anak perlu mendapatkan pendidikan untuk bersosialisasi dengan baik. Salah satu aspek penting dalam sosialisasi anak adalah keluarga,anak berinteraksi dengan ayah, ibu, dan anggota keluarga yang lain, dimana anak memperoleh pendidikan informal berupa kebiasaan dan kebijakan-kebijakan yang dibuat orang tua terhadap anaknya. Kebiasaan tersebut bermacam-macam, misalnya tentang cara makan, bertutur kata, bangun pagi dan kebiasaan-kebiasaan yang bersifat agamis. Kegiatan tersebut sangat membantu anak dalam proses pembentukan kepribadiannya.
Selanjutnya anak akan bersosialisasi dengan pendidikan formal di sekolah,dimana mereka menuntut ilmu pengetahuan . setelah masuk sekolah, anak diharapkan dapat menyesuaikan diri dengan kondisi serta aturan-aturan sekolah yang berlaku. Ketika pada masa awal anak masuk sekolah anak kemungkinana ada yang menangis dan tidak betah di sekolah bila tidak diantar dan tidak didampingi oleh orang tua. Hal ini merupakan suatu proses adaptasi atau penyesuaian diri anak tersebut terhadap lingkungan baru dimana dia berada.
Dengan demikian, ketika anak sudah masuk sekolah bukan berarti tugas orang tua sudah selesai membimbing dan mendidik anaknya. Sekolah pada dasarnya lebih banyak berfokus pada aspek pengembangan, pengetahuan, dan keterampilan. Untuk aspek kejiwaan atau afektif tidak menjadi focus utama di sekolah, seperti yang diutarakan Ahmad Tafsir, kurangnya perhatian sekolah terhadap aspek afektif diakrenakan memang sekolah tidak memungkinkan dapat melakukannya, kendatipun tugas pendidik tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik.

Peranan dan Fungsi Sekolah.
Sebagai proses sosialisasi anak, sekolah meiliki peranan dan fungsi sebagai:
Transmisi Kebudayaan Di dalamnya termasuk norma-norma, nilai-nilai dan informasi melalui pengajaran langsung, misalnya dengan sifat-sifat warga negara yang baik.
Mengadakan Kumpulan Sosial Seperti perkumpulan sekolah, pramuka, olah raga, dan lain sebagainya yang memeberikan kesempatan kepada anak-anak unruk memepelajari dan memperaktikkan berbagai keterampilan sosial.
Dalam hal ini pendidik dan pemimpin sekolah memegang peranan penting.Menggunakan Tindakan Positif. Seperti pujian, hadiah, dan lain sebagainya.
Memberikan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mengembangkan daya
intelektual agar siswa dapat hidup layak.
  
Membentuk kepribadian siswa agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat.Melestarikan kebudayaan dengan cara mewariskannya dari satu generasi ke generasi selanjutnya.
Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran keterampilan berbicara dan mengembangkan kemampuan berfikir secara rasional dan bebas.
Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan; di samping bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh, fungsi sekolah yang lebih penting sebenarnya adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan fungsi keluarga dalam pendidikan moral.

 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi Peserta Didik.
Keteladanan orang tua.
Seorang anak akan cenderung bersikap sopan, santun, patuh, kerja keras, disiplin, religius dan lain-lain, bila orang tua memiliki keteladanan tentang hal demikian. Seorang guru yang jujur, pandai, rajin beribadah, disiplin akan mudah diteladani anak didiknya tentang sikap serupa.
Lingkungan pergaulan.
Pergaulan anak berpengaruh terhadap proses pembentukan kepribadian anak. Hal lingkungan anak berarti mempengaruhi proses sosialisasi anak. Orang tua seharusnya sedapat mungkin mengontrol pergaulan anak agar tidak berpengaruh negative terhadap diri anak itu sendiri. Hal-hal yang dapat mempengaruhi pergaulan anak tersebut seperti tempat tinggal, sekolah, dan masyarakat.









Metode-metode Sosialisasi Peserta Didik
Metode ganjaran dan hukuman.
Dalam proses sosialisasi, hukuman diberikan kepada anak yang bertingkah laku salah, tidak baik, kurang pantas, atau tidak diterima oleh masyarakat. Hukuman dapat berupa fisik atau hukuman sosial. Pemberian hukuman dimaksudkan agar anak menyadari dan tidak mnegulangi kesalahannya. Sedangkan ganjaran diberikan kepada anak yang berperilaku baik. Ganjaran dapat diberikan berupa materil dan non materil. Dengan adanya ganjaran dimaksudkan agar anak selalu termotivasi agar selalu berbuat baik.
Metode didactic theacing
Metode ini mengutamakan pengajaran kepada anak tentang berbagai macam pengetahuan dan keterampilan. Metode ini biasanya digunakan dalam pendidikan sekolah, pendidikan agama, dan sebagainya.
Metode pemberian contoh
Anak-anak cenderung mencontoh semua tingkah laku orang yang ada di sekitarnya. Dengan memberikan contoh akan terjadi proses imitasi (peniruan), yang terjadi secara sadar maupun tidak disadari.











Media-media Sosialisasi Peserta Didik.
Keluarga.
Yaitu orang pertama yang mengajarkan hal-hal yang berguna bagi perkembangan dan kemajuan hidup manusia adalah angggota keluarga. Orang tua atau keluarga harus menjalankan fungsi sosialisasi. Fungsi sosialisasi merupakan suatu fungsi yang berpa peranan orang tua dalam pembentukan kepribadian anak.
Teman sepermainan dan sekolah.
Yang merupakan lingkunagn sosial kedua bagi anak setelah keluarga, dalam kelompok ini anak akan menemukan berbagai niali dan norma yang berbeda bahkan bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam keluarga. Melalui lingkungan sekolah dan teman sebaya anak akan mulai mengenal harga diri, citra diri, dan hasrat pribadi.
Lingkungan kerja.
Yang merupakan proses sosialisasi lanjutan. Tempat kerja dimana seseorang mulai berorganisasi secara nyata dalam suatu sistem.
Media massa.
Yang merupakan sarana dalam proses sosialisasi karena media banyak memberikan informasi yang dapat menambah wawasan untuk memahami keberadaan manusia dari perbagai permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitar.








BAB III
PENUTUP

A.   Kesimpulan
kepribadian guru akan mewarnai iklim emosional kelas. Kepribadian guru akan termanifestasikan dalam bentuk sikap dan perilaku selama mengajar. Guru yang ramah dan penyayang akan menciptakan iklim yang kondusif dan memberikan aura positif terhadap perkembangan psikis siswa. Siswa akan merasa aman, nyaman dan senang belajar di kelas. Siswa juga akan termotivasi untuk belajar dan mau menaati peraturan yang dikeluarkan oleh guru.  Dengan itu peran guru sangat diharapkan untuk membentuk kepribadian siswa di sekolah dan tidak lepas dari itu peran guru di masyarakat tidak lepas untuk menjalin kerja sama antara orang tua atau wali siswa  .
            Sekolah sebagai lembaga pendidikan atau lembaga akademik pun diharapkan demikian. Sekolah harus hadir sebagai sarana yang pantas bagi para peserta didik dalam menimbah pengetahuan. Dengan para pendidik dan sarana pendidikan yang ada, sekolah diharapkan membawa pengaruh bagi perkembangan kepribadian para peserta didik demi tercapainya kematangan, baik dari segi ilmu pengetahuan, moralitas, dan sosialitasnya. Karena kita sadar bahwa seorang manusia tidak bisa hidup seorang diri saja, tetapi kapan dan di manapun ia berada, dia tetap membutuhkan orang lain sebagai rekan hidupnya.
            Jika sekolah sebagai lembaga pendidikan memberikan yang terbaik bagi para peserta didiknya, maka sekolah telah memainkan perannya secara tepat den benar. Tetapi, jika peserta didik berperilaku sebaliknya, maka sekolah perlu mengkaji kembali apa yang telah dilakukan, agar proses sosial itu bisa berjalan secara benar dalam kehidupan sosial
            Pada akhirnya setelah seseorang menyelesaikan sekolahnya tersebut orang itu mampu berprilaku yang baik di kehidupan sosial dan selain itu mampu menerapkan di dalam kehidupan sehari hari di kehidupan sosial masyarakat






Daftar Pustaka
·        Ahmadi Abu.Sosiologi Pendidikan.2007. Jakarta:PT Rineka Cipta.
·         Gunawan Ary.Sosiologi Pendidikan. 2000.Jakarta:PT Rineka Cipta.
·         Supriyatno, Moh. Padil triyo. 2010. sosiologi pendidikan,cet.II,Malang:UIN-Maliki Press.
·         Koentjaraningrat.2009.Pengantar Ilmu AntropologiJakarta:Rineka Cipta.
·         Kun Muryati-Juju Suryawati.2007. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. hlm. 106



Share:

0 komentar:

Posting Komentar

adsense

Sosiologi Antropologi

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini