Jumat, 19 April 2019

Laporan Sosiologi Kelompok 3



LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM DAN STUDI LAPANGAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA  DI MUSEUM MULAWARMAN DAN MUSEUM KAYU TENGGARONG KALIMANTAN TIMUR
Di Susun oleh :
Kelompok 3

Ni Luh Widiasih           (1886206050)
Jelfini                             (1886206026)
Ajie James Edwin         (1886206052)
Fiqi Aulia Rahman       (1886206001)
Elisthina                         (1886206023)
Elama tiara                    (1886206008)



Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Widya Gama Mahakam Samarinda
2019









KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang  Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan berjudul “ Laporan Kegiatan Studi Lapangan Pulau Kumala ” ini dengan baik tanpa ada halangan.
Laporan Kegiatan Studi Lapangan Pulau Kumala ini berisi tentang seluruh kegiatan studi lapangan Pulau Kumala yang dilaksanakan untuk memenuhi tugas Sosiologi Dan Antrologi Terselesaikannya laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1.      Ibu Ratna Khairunnisa, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing matakuliah Sosiologi Dan Antrologi
2.      Rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan ini.

Laporan ini disusun untuk melengkapi tugas matakuliah Sosiologi Dan Antrologi. Selain itu, kami berharap semoga laporan karya wisata ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Oleh karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya atas kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
                              


























DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................................            
KATA PENGANTAR..........................................................................................................            
DAFTAR ISI.........................................................................................................................            
BAB I    PENDAHULUAN
I.I Latar belakang..................................................................................................................            
I.2 Rumusan Masalah............................................................................................................            
I.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
I.Pulau Kumala
A.    Nilai Kebudayaan  Yang Terdapat Di Rumah Adat Dayak ( Lamin).......................            
B.     Nilai  Kebudayaan Yang Terdapat Di Pura Pasak.....................................................            
C.     Kisah Dari Lembuswana Dan Hasil Kebudayaan Yang Diciptakannya...................
II. Museum Mulawarman......................................................................................................
A.    Sejarah Museum Mulawarman...................................................................................
B.     Nilai Kebudayaan Yang Terdapat Di Museum Mulawarman...................................
III. Museum Kayu.................................................................................................................
A.    Sejarah Museum Kayu...............................................................................................
B.     Nilai Kebudayaan Masyarakat Dari Museum Kayu..................................................
BAB III PENUTUP
II.1 Kesimpulan.....................................................................................................................
II.2 Saran ..............................................................................................................................            


























BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pulau kumala, museum mulawarman, dan museum kayu merupakan salah satu aset wisata yang terdapat di kutai  kartanegara. Kebudayaan yang terkadung disana masih sangat kental sekali. Dimana salah satu nilai kebudayaan masih dianut dan di lestarikan olah warga masyarakat. Pulau kumala banyak menyimpan pesona kebudayaan yang sangat unik. Budaya yang terdapat disana adalah Kebudayaan  Yang Terdapat Di Rumah Adat Dayak ( Lamin),  Pura Pasak , Kisah Dari Lembuswana Dan Hasil Kebudayaan Yang Diciptakannya yang masih dilestarikan oleh warga setempat. Museum mulawarman, juga menyimpan sejarah yang sangat penting bagi kerajaan kutai. Disana menyimpan banyak sekali peninggalan yang berupa baju, arca, keramik, uang logam dari zaman ke zaman, patung-patung, dan lain-lain. Selain itu, museum kayu juga menyimpan pesona alam yang terdapat di hutan Kalimantan. Museum kayu menggelompokkan berbagai jenis tanaman, kayu, daun, alat-alat yang berupa kayu, bahkan terdapat anyaman yang merupakan hasi kebudayaan asli masyarakat Kalimantan.  Tempat ini sangat tepat untuk menjadi sumber belajar bagi para mahasiswa, selain nilai kebudayaan yang masih sangat kental tempat ini sangat cocok untuk liburan keluarga.
Untuk lebih mendalami kembali nilai kebudayaan yang terkandung di pulau kumala, museum mulawarman dan museum kayu yang terletak di kabupaten kutai kartanegara kami melakukan sebuah pengamatan dan pencairan sumber untuk pengetahuan dan penambahan wawasan belajar.Dalam kegiatan tersebut seluruh mahasiswa diwajibkan membuat laporan perjalanan study tour yang menjelaskan tentang kegiatan-kegiatan sebagai pertanggung jawaban dan sebagai media pembelajaran bagi para mahasiswa peserta study tour.

I.2 Rumusan Masalah
a.       Bagiamana Nilai Kebudayaan  Yang Terdapat Di Rumah Adat Dayak ( Lamin) dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari?
b.      Bagiamana Nilai  Kebudayaan Yang Terdapat Di Pura Pasak dan hasil budayanya?
c.       Bagaimana Kisah Dari Lembuswana Dan Hasil Kebudayaan Yang Diciptakannya dalam kehidupan masyarakat?
d.      Apa saja sejarah yang terdapat di mulawarman?
e.       Apa saja hasil kebudayaan yang dihasilkan dan dianut para masyarakat?
f.       Bagaimana sejarah museum kayu dan hasil budaya yang bisa diambil masyarakat?


I.3 Tujuan penelitian
Tujuan kegiatan study tour dan laporan perjalanan ini adalah:

a.       Menambah wawasan mahasiswa mengenai seputar pulau kumala, museum mulawarman, dan museum kayu.
b.      Sebagai sarana pengenalan mahasiswa dengan kebudayan  lain yang beragam khususnya di daerah kutai.
c.       Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara langsung dengan sumber ajar.
d.      Memberikan pengalaman kepada mahasiswa peserta study tour.

















BAB II
PEMBAHASAN
I.       PULAU KUMALA
A.    Nilai Kebudayaan  Yang Terdapat Di Rumah Adat Dayak ( Lamin)

                 Rumah adat atau biasa disebut “lamin” adalah rumah adat dayak yang memiliki suatu ukiran atau bentuk-bentuk yang memiliki makna tersendiri bagi suku dayak. Rumah adat ini biasa berbentuk memanjang dan terbentuk dari kayu besi (kayu ulin). Kayu besi ini sendiri digunakan karena struktur kayunya yang kuat  dan tahan lama. Rumah lamin ini biasa dibedakan menjadi tiga ruangan yaitu ruang tamu, tidur dan dapur. Bagian luar lamin terdapat sebuah tangga yang digunakan untuk masuk kedalam. Tangga ini mempunyai bentuk dan model yang sama baik pada rumah Lamin yang dihuni masyarakat Dayak kelas menengah ke atas maupun masyarakat Dayak kelas menengah ke bawah. Warna khas dari rumah ini yaitu adalah warna kuning dan hitam. Namun, tidak hanya dua warna itu yang digunakan untuk menghias rumah Lamin. Setiap warna yang dipakai untuk menghias rumah Lamin mempunyai makna. Warna kuning melambangkan kewibawaan, warna merah melambangkan keberanian, warna biru melambangkan kesetiaan, dan warna putih melambangkan kebersihan jiwa. Rumah Lamin dibangun dengan beberapa tiang penyangga untuk menopang rumah. Tiang penyangga inti adalah tiang yang menyangga atap rumah Lamin. Pada halaman depan rumah Lamin terdapat patung-patung atau totem yang dibuat dari kayu. Pada bagian tengah rumah ada sebuah tiang besar yang dibuat dari kayu yang berfungsi untuk mengikat ternak atau hewan peliharaan. Bagian ujung atap rumah Lamin dihiasi dengan kepala Naga yang terbuat dari kayu. Dari rumah adat ini sendiri terdapat sebuah nilai kebudayaan bagi masyarakat. Kebudayaan ini bisa berupa tarian, bahasa, adat istiadat, alat music, alat berburu dan aneka kerajinan lainnya. Ada bebrapa tarian suku dayak yaitu Tari Gantar (Dayak Tunjung), Tari Hudoq (Dayak Bahau), Tari Burung Enggang ( Dayak Kenyah), Tari Kancet Punan Letto , Tari Kancet Ledo (Tari Gong) , dan lain-lain.
Bahasa dari dayak ini sendiri pastinya berbeda mulai dari nada bahasa, pengucapan dan arti yang berbeda. Alat music yang digunakan suku dayak adalah Gambus, Kadire, Ketipung, Lulung, Sampek, Sluding (Klentengan). Alat berburu suku dayak biasanya adalah Mandau, Sumpit , Tombak, dan lain-lain. 
B.     Nilai  Kebudayaan Yang Terdapat Di Pura Pasak

Pura Pasak merupakan dibangun untuk menghargai penganut hindu yang berada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Mungkin tidak seberapa penganut Hindu di Kabupaten ini, namun bila menilik dari sejarah, Kerajaan Kutai, merupakan kerajaan pertama di Indonesia yang menganut agama Hindu. Di pura ini, anda akan melihat dua buah patung lembuswana di kiri kanan dan patung lembuswana yang berada di tengah. Setelah melewati patung lembuswana, anda akan melihat gerbang pura yang menyerupai pura di Bali. Melewati gerbang pura tersebut, anda akan melihat singgasana, seperti singgasana Raja Kutai, yang berada di bagian paling ujung dari pura.
 Pura ini memiliki bentuk mirip candi dengan struktur tangga berundak. Di beberapa sudutnya terdapat patung-patung dengan desain eksotis.

C.     Kisah Dari Lembuswana Dan Hasil Kebudayaan Yang Diciptakannya



Berbelalai bukan gajah, bertaring bukan harimau, bertaji bukan ayam. Legenda kemunculannya di Sungai Mahakam ratusan tahun silam menjadikannya simbol Kerajaan Kutai Kartanegara. Sosok berwarna keemasan nan berkilau ditempa matahari itu menjadi ikon penanda di halaman depan Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Patung satwa itu berbadan kuda yang berisisik dan bertaji. Taringnya yang menghunus ganas yang mengapit belalai itu muncul dalam legenda masyarakat setempat. Namanya Lembuswana, sang penguasa Sungai Mahakam yang bersemayam di palung sungai itu. Patung Lembuswana tersebut merupakan karya seniman Burma pada pertengahan abad ke-19, tetapi baru menghias pelataran kedaton Kutai Kartanegara sejak awal abad ke-20. Kemunculan Lembuswana ini kerap dihubungkan dengan kisah lahirnya Putri Karang Melenu yang muncul bersama satwa mitologi itu dari dasar Sungai Mahakam. Kelak sang putri menikah dengan Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti. Dari sang putri itu dilahirkan penerus dinasti raja-raja Kutai Kartanegara. Leluhur warga Kutai memercayai bahwa Sang Lembuswana merupakan tunggangan Mulawarman, yang bertakhta sebagai raja Kutai sekitar 1.500 tahun silam. Tampaknya mirip dengan sebagian besar penganut Shiwa di Nusantara bahwa lembu merupakan kendaraan Dewa Shiwa: Raja Majapahit pun dilambangkan sebagai Shiwa pula. Satwa mitologi ini telah menjadi simbol keperkasaan dan kedaulatan seorang penguasa. Unsur belalainya menandakan bahwa satwa ini juga perlambang sosok Ganesha, Dewa Kecerdasan. Selain di Museum Mulawarman, patung Lembuswana raksasa juga menghiasi Pulau Kumala, tempat rekreasi di tengah Sungai Mahakam. Lembuswana telah meretas masa dari zaman kerajaan Hindu tertua sampai kasultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura, tetapi makna bagi warga Kutai tetap tidak berubah bahwa sosok ini mengikhtisarkan pula pemimpin yang mulia seharusnya juga mengayomi rakyat.




II. MUSEUM MULAWARMAN
A.    Sejarah Museum Mulawarman
Museum mulawarman adalah bangunan yang pernah berfungsi sebagai istana kesultanan, ditempat ini terdapat peninggalan-peninggalan kesultanan dan kekayaan kebudayaan yang dimiliki kutai. Museum mulawarman memiliki desai arsitektur yang hampir mirip dengan bangunan Eropa. Setalah masa kemerdekan, kesultanan kutai bergabung dengan NKRI dan istana ini tidak lagi digunakan pada masa itu karena kekuasaan sultan telah remi berakhir. Istana ini disahkan kepemilikannya oleh pemerintah Kalimantan Timur  pada 25 November 1971, yag setlahnya disahkan pengolaannya kepada departemen pendidikan dan kebudayaan sebagai sebuah museum Negara.
Peninggalan kesultanan pada tempat ini adalah pakaian-pakaian kebesaran kesultanan, senjata tradisional, pangkat upacara adat kesultanan serta gemelan hadiah dari kesultanan Yogjakarta Hadiningrat.  Selain itu, kita juga dapat menemukan seperangkat mata uang kuno pada zaman itu, tenun ulat doyo, miniatur candi, baju adat dayak, serta miniatur kebudayaan masyrakat yang terdapat dalam kaca besar. Jadi, musem mulawarman ini menyimpan banyak sekali pesona kebudayaan masyarakat kutai. Dari sejarah kesultanan hingga kebudayaan masyarakt pada zaman itu. 

B.     Nilai Kebudayaan Yang Terdapat Di Museum Mulawarman

Museum sering dikatakan sebagai jendela untuk melihat sejarah kebudayaan suatu bangsa. Perumpamaan ini sangat tepat untuk mengingatkan bahwa museum lembaga yang bertugas melakukan pelestarian warisan kebudayaan dan merupakan sebuah bukti sejarah. Peninggalan sejarah merupakan hasil proses sejarah bangsa sepanjang masa. Benda-benda merupakan bukti nyata dan warisan hasil budaya  yang pernah dihayati oleh  masyarakat
Pada tempat ini terdapat sebuah makam raja-raja kutai kartanegara, serta sebuah arca prasasti .Yupa yang merupakan sebuah hasil budaya masyarakat. Museum mulawarman juga memiliki sebuah patung Blontang yang berfungsi sebagai peralatan upacara adat kematian suku dayak  dan bentuk Lungun. Setelah itu, terdapat patung ular Lembuh , pesut serta buaya, patung ini digunakan untuk ketika para pengunjung datang memiliki kesan yang menarik.


 

[ ini merupakan sebuah gambar Yupa, dimana yupa dibangun oleh kaum brahmana itu sendiri untuk mengenang kemuliaan hati  raja Mulawarman kepada bangsa Brahmana]
Pada museum mulawarman memiliki nilai kebudayaan yang terbagi menjadi beberapa nilai yaitu nilai religius, historis, nilai budaya dan nilai social.  Nilai Religius dimana peninggalan kebudayaan Hindu Budha yaitu adanya peninggalan-peninggalan berupa arca-arca Hindu Buddha , arca dewa yang dipamerkan di museum merupakan arca dewa-dewa dari Agama Hindu Buddha. Dengan adanya peninggalan tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Hindu Buddha pernah berkembang di daerah Kalimantan timur.
















[ Arca Dewa]
Nilai Historis yang terdapat pada museum mulawarman yaitu peninggalan kebudayaan Hindu Buddha yang berupa tujuh buah prasasti yupa . hal ini menandakan dimulainya sejarah bangsa indonesia, berdasarkan perbandingan yang dilakukan prasasti ini diperkirakan berasal dari adad VI masehi.
Nilai Budaya peninggalan kebudayaan Hindu Buddha dapat dilihat dari pelaksanaan upacar adat. Pada zaman dahulu, upacara-upacara adat dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi raja-raja dari berbagai bahaya. Salah satu upacara adat yang  masih memiliki pengaruh dari Hindu Buddhan adalah upacara adat erau.

[ Acara Adat Erau]

Nilai Sosial peninggalannya dalah adanya sifat yang suka mementingkan kepentingan umum. Hal ini dibuktikan adanya sedekah, gotong royong, nilai tolong-mrnolong, serta adanya sebuah musyawarah intraksi social yang baik.
 
[gambar diatas merupakan sebuah gambaran kehidupan masyrakat. Dimana terjadi sebuah hubungan social yang baik antar masyrakat]





III. Museum Kayu
A.          Sejarah Museum Kayu
Museum kayu adalah sebuah banguan yang dibangun dengan kayu panggung. Yang terletak di dekat Waduk Panji Sukarame, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Di dalam museum kayu ini terdapat beragam jenis kayu yang ada di pulau Kalimantan. Adapun koleksi yang dipamerkan dalam musem kayu adalah sebagai berikut.
§  Kerajinan dayak, berupa anjat, ukiran dayak dari ulin, alat tradisional dayak, dayung,  bubu,
§  Miniature rumah dayak
§  Koleksi jenis-jenis daun kayu yang ada di daerah kutai kartanegara
§  Koleksi biji-bijian
§  Kerajinan kutai yang terbuat dari rotan, berupa lemari kursi, lampu, tempat tidur
§  Buaya yang diawetkan

B.           Nilai Kebudayaan Masyarakat Dari Museum Kayu

Pulau kalimantan merupakan sebuah pulau yang memiliki sungai yang terbesar dan terpanjang di dunia. Kaliamtan merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terendah keempat di nusantara. Wilayah Kalimantan timur memiliki iklim hutan hujan tropis. Terdapat beberapa kerajaan yang ada di pulau Kalimantan yaitu kerajaan kutai (beragama Hindu), kesultanan kutai kartanengara ing martadipura, dan kesultanan pasir. Di pulau Kalimantan memiliki suku yang dikenal memiliki kehidupan yang primitive yang tinggal di pedalaman hutan.  Dayak memiliki kaidah bahasa yang berbeda setiap sukunya. Dayak memiliki banyak macam seperti dayak kenyah, dayak tunjung, dayak punan, dan puluhan dayak lainnya.
Adat istiadat suku dayak  sangat kentara dengan yakin, terlihat dari bagaimana cara mereka berpakaian, cara menjalin kehidupan, serta upacar/ritual yang mereka lakukan. Selain itu, dayak juga memiliki bahasa khas dan tari-tarian dayak.

    

[ gambar diatas menunjukan bahwa, masyarakat di Kalimantan timur memiliki sebuah alat music daerah, perlengkapan dapur yang terbuat dari kayu, serta anyaman-anyaman kerajinan tangaan yang terbuat dari kayu dari hasil hutan hujan tropis ]
Berikut ini nilai kebudayaan yang memiliki kaitan dengan museum kayu yang terdapat di kutai kartanegara.
a.       Cara Kehidupan Suku Dayak



Suku sayak banyak mendiami daerah yang dekat dengan kawasan sungai Mahakam. Dimana sungai Mahakam merupakan sebuah sumber kehidupan bagi masyarakat. Sungai Mahakam digunakan sebagai tempat mencari makanan, tempat  trasportasi umum, serta sebagai daya tarik tersendiri bagi Kalimantan timur. Selain sungai Mahakam, suku dayak juga memiliki kebiasaan membuat sebuh kebun untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Seperti menanam tumbuhan yang dapat dimakan berupa pohon jambu, rambutan, durian sayur mayur, dan tumbuhan lainnya.  Setiap daerah kadang memiliki rumah adat yang disebut dengan Lamin. Yang merupakan rumah panjang suku dayak yang digunakan untuk tempat upacar adat dan tempat musyawarah suku dayak dikala ada hal yang penting untuk dibahas.

                


[ternyata kehidupan masyarakat Kalimantan tinggal di pinggir sungai mahkam sebagai sumber kehidupan, ini memiliki tantangan tertentu terutama para makhluk yang juga bergantung pada sungai Mahakam]


[kerena kehidupan masyarakt menempati daerah yang berdekatan dengan sungai, para masyarakat memiliki cara tersendiri unutk menangkap atau menarik perhatian para binatang sebagai sumber makanan ]





[ ini merupakan sebuah miniature rumah adat suku dayak ]


 

[ gambar diatas menunjukan bahwa di Kalimantan memiliki berbagai jenis kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyrakat sekitar untuk kebutuhan sehari-hari. Karena berbagai jenis kayu ini timbul budaya untuk membuat sebuah karya seni yang berupa ukiran dan patung-patung]

       


[ gambar tersebut membuktikan bahwa masyarakat mulai berkreasi dengan hasil alam yang ada sehingga menciptakan karya seni yang menjadi sebuah jati diri suku dayak melaui hasil ukiran yang ada]
b.      Cara Mereka Berpakaian
Pakaian Suku Dayak dikenakan dibagi menjadi 2, yakni pakaian laki-laki dan perempuan. Pakaian suku dayak berbeda disetiap daerahya. Tergantung budaya seperti apa yang dianut masyrakat. Pakaian suku dayak ada yang lebih dominan memakai warna merah da nada yang lebih mendominan kuning dan hitam.



[ baju ini merupakan baju adat dayak yang terbuat dari kayu jombok ]


c.       Upacara/Ritual Suku Dayak
Upacara/Ritual Suku Dayak merupakan sebuah kepercayaan suku dayak pedalaman. Disini mereka memiliki kepercayaan seperti agama pada umumnya. Suku dayak percaya jika roh yang telah meninggal akan kembali kepada asal mula manusia diciptakan. Suku dayak juga kadang melakukan ritual adat dimana merupakan sebuh rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Upacara adat ini bisa berupa Hudoq, serta Erau yang merupakan sebuah upara adat yang dipercaya dapat melindungi rajamerka pada zaman kesultanan kartanegara.
                                                                    [ upacara adat suku dayak ]
Jadi, suku dayak merupakan suku pedalam yang masih sangat bergantung dengan hutan hujan tropis yang ada di Kalimantan timur. Mulai dari flora dan faunanya, serta sungai Mahakam yang menjadi sumber kehidupan masyarakat.










BAB III
PENUTUP

A.        Kesimpulan
  Pulau kumala merupakan salah satu wisata yang memiliki pesona yeng berbeda. Dimana pulau ini terdapat di tengah-tengah sungai Mahakam. Untuk menuju kesana harus melalui jembatan yang bernama repo-repo. Pulau ini merupakan sebuah arsitektur yang memiliki perpaduan antar teknologi modern dan budaya tradisional. Pada saat berkunjung ditempat ini, para pengunjung akan melihat lamin (Rumah Adat Suku Dayak) serta adanya bangunan candi yang bernama Candi Pasak, salah satu tempat ibadah penganut agama hindu di kabupaten kutai kartanegara, dan Patung Lembu Swana yang terdapat di ujung pulau kumala yang menghadap kearah jembatan kutai kartanegara. Selain itu, museum mulawarman dan museum kayu memiliki nilai kebudayaan yang ada di kutai kartanegara yang harus dilestarikan dan dipelajari sebagai sumber pegangan untuk tidak terlupakannya sebuah sejarah masa lalu yang menjadi sebuah jati diri masyrakat.
 
B.        Saran
Perjalanan wisata study tour ini sangat bermanfaat untuk siswa, sangat baik apabila terus dilaksanakan dari tahun ke tahun dengan tujuan yang berbeda dan yang kaya akan sejarah dan ilmu pengetahuan agar wawasan siswa meningkat.     

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

adsense

Sosiologi Antropologi

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini