LAPORAN KUNJUNGAN MUSEUM DAN STUDI LAPANGAN PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM
SAMARINDA DI MUSEUM MULAWARMAN DAN
MUSEUM KAYU TENGGARONG KALIMANTAN TIMUR
Di Susun oleh :
Kelompok 3
Ni Luh Widiasih
(1886206050)
Jelfini (1886206026)
Ajie James Edwin (1886206052)
Fiqi Aulia Rahman (1886206001)
Elisthina (1886206023)
Elama tiara (1886206008)
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Widya Gama Mahakam Samarinda
2019
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang
Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta
karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan berjudul “ Laporan
Kegiatan Studi Lapangan Pulau Kumala ” ini dengan baik tanpa ada halangan.
Laporan
Kegiatan Studi Lapangan Pulau Kumala ini berisi tentang seluruh kegiatan studi
lapangan Pulau Kumala yang dilaksanakan untuk memenuhi tugas Sosiologi Dan
Antrologi Terselesaikannya laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan banyak
pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:
1. Ibu
Ratna Khairunnisa, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pembimbing matakuliah Sosiologi Dan
Antrologi
2. Rekan-rekan
dan semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan laporan ini.
Laporan
ini disusun untuk melengkapi tugas matakuliah Sosiologi
Dan Antrologi. Selain itu, kami berharap semoga laporan karya wisata ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak dan menjadi referensi untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan.
Oleh
karena itu, kami mengharap segala kritik dan saran yang membangun dan dapat
menjadikan laporan ini jauh lebih baik lagi. Kami mohon maaf setulus-tulusnya
atas kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan laporan ini.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................................................
KATA
PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR
ISI.........................................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN
I.I
Latar belakang..................................................................................................................
I.2
Rumusan Masalah............................................................................................................
I.3
Tujuan Penelitian..............................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN
I.Pulau
Kumala
A. Nilai
Kebudayaan Yang Terdapat Di Rumah Adat
Dayak ( Lamin).......................
B. Nilai Kebudayaan Yang Terdapat Di Pura Pasak.....................................................
C. Kisah
Dari Lembuswana Dan Hasil Kebudayaan Yang Diciptakannya...................
II.
Museum Mulawarman......................................................................................................
A. Sejarah
Museum Mulawarman...................................................................................
B. Nilai
Kebudayaan Yang Terdapat Di Museum Mulawarman...................................
III.
Museum Kayu.................................................................................................................
A. Sejarah
Museum Kayu...............................................................................................
B. Nilai
Kebudayaan Masyarakat Dari Museum Kayu..................................................
BAB
III PENUTUP
II.1
Kesimpulan.....................................................................................................................
II.2
Saran ..............................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Pulau
kumala, museum mulawarman, dan museum kayu merupakan salah satu aset wisata
yang terdapat di kutai kartanegara.
Kebudayaan yang terkadung disana masih sangat kental sekali. Dimana salah satu nilai
kebudayaan masih dianut dan di lestarikan olah warga masyarakat. Pulau kumala
banyak menyimpan pesona kebudayaan yang sangat unik. Budaya yang terdapat
disana adalah Kebudayaan Yang Terdapat
Di Rumah Adat Dayak ( Lamin), Pura Pasak
, Kisah Dari Lembuswana Dan Hasil Kebudayaan Yang Diciptakannya yang masih
dilestarikan oleh warga setempat. Museum mulawarman, juga menyimpan sejarah
yang sangat penting bagi kerajaan kutai. Disana menyimpan banyak sekali
peninggalan yang berupa baju, arca, keramik, uang logam dari zaman ke zaman,
patung-patung, dan lain-lain. Selain itu, museum kayu juga menyimpan pesona
alam yang terdapat di hutan Kalimantan. Museum kayu menggelompokkan berbagai
jenis tanaman, kayu, daun, alat-alat yang berupa kayu, bahkan terdapat anyaman
yang merupakan hasi kebudayaan asli masyarakat Kalimantan. Tempat ini sangat tepat untuk menjadi sumber
belajar bagi para mahasiswa, selain nilai kebudayaan yang masih sangat kental
tempat ini sangat cocok untuk liburan keluarga.
Untuk
lebih mendalami kembali nilai kebudayaan yang terkandung di pulau kumala,
museum mulawarman dan museum kayu yang terletak di kabupaten kutai kartanegara
kami melakukan sebuah pengamatan dan pencairan sumber untuk pengetahuan dan
penambahan wawasan belajar.Dalam kegiatan tersebut seluruh mahasiswa diwajibkan
membuat laporan perjalanan study tour yang menjelaskan tentang
kegiatan-kegiatan sebagai pertanggung jawaban dan sebagai media pembelajaran
bagi para mahasiswa peserta study tour.
I.2 Rumusan Masalah
a. Bagiamana
Nilai Kebudayaan Yang Terdapat Di Rumah
Adat Dayak ( Lamin) dan penerapan dalam kehidupan sehari-hari?
b. Bagiamana
Nilai Kebudayaan Yang Terdapat Di Pura
Pasak dan hasil budayanya?
c. Bagaimana
Kisah Dari Lembuswana Dan Hasil Kebudayaan Yang Diciptakannya dalam kehidupan
masyarakat?
d. Apa
saja sejarah yang terdapat di mulawarman?
e. Apa
saja hasil kebudayaan yang dihasilkan dan dianut para masyarakat?
f. Bagaimana
sejarah museum kayu dan hasil budaya yang bisa diambil masyarakat?
I.3 Tujuan penelitian
Tujuan kegiatan study tour dan laporan
perjalanan ini adalah:
a. Menambah
wawasan mahasiswa mengenai seputar pulau kumala, museum mulawarman, dan museum
kayu.
b. Sebagai
sarana pengenalan mahasiswa dengan kebudayan lain yang beragam khususnya di
daerah kutai.
c. Memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar secara langsung dengan sumber ajar.
d. Memberikan
pengalaman kepada mahasiswa peserta study tour.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PULAU
KUMALA
Rumah
adat atau biasa disebut “lamin” adalah rumah adat dayak yang memiliki suatu
ukiran atau bentuk-bentuk yang memiliki makna tersendiri bagi suku dayak. Rumah
adat ini biasa berbentuk memanjang dan terbentuk dari kayu besi (kayu ulin).
Kayu besi ini sendiri digunakan karena struktur kayunya yang kuat dan tahan lama. Rumah lamin ini biasa
dibedakan menjadi tiga ruangan yaitu ruang tamu, tidur dan dapur. Bagian luar
lamin terdapat sebuah tangga yang digunakan untuk masuk kedalam. Tangga ini
mempunyai bentuk dan model yang sama baik pada rumah Lamin yang dihuni
masyarakat Dayak kelas menengah ke atas maupun masyarakat Dayak kelas menengah
ke bawah. Warna khas dari rumah ini yaitu adalah warna kuning dan hitam. Namun,
tidak hanya dua warna itu yang digunakan untuk menghias rumah Lamin. Setiap
warna yang dipakai untuk menghias rumah Lamin mempunyai makna. Warna kuning
melambangkan kewibawaan, warna merah melambangkan keberanian, warna biru
melambangkan kesetiaan, dan warna putih melambangkan kebersihan jiwa. Rumah
Lamin dibangun dengan beberapa tiang penyangga untuk menopang rumah. Tiang
penyangga inti adalah tiang yang menyangga atap rumah Lamin. Pada halaman depan
rumah Lamin terdapat patung-patung atau totem yang dibuat dari kayu. Pada
bagian tengah rumah ada sebuah tiang besar yang dibuat dari kayu yang berfungsi
untuk mengikat ternak atau hewan peliharaan. Bagian ujung atap rumah Lamin
dihiasi dengan kepala Naga yang terbuat dari kayu. Dari rumah adat ini sendiri
terdapat sebuah nilai kebudayaan bagi masyarakat. Kebudayaan ini bisa berupa
tarian, bahasa, adat istiadat, alat music, alat berburu dan aneka kerajinan
lainnya. Ada
bebrapa tarian suku dayak yaitu Tari Gantar (Dayak Tunjung), Tari Hudoq (Dayak
Bahau), Tari Burung Enggang ( Dayak Kenyah), Tari Kancet Punan Letto , Tari
Kancet Ledo (Tari Gong) , dan lain-lain.
Bahasa dari dayak ini sendiri pastinya berbeda mulai
dari nada bahasa, pengucapan dan arti yang berbeda. Alat music yang digunakan
suku dayak adalah Gambus, Kadire, Ketipung, Lulung, Sampek, Sluding
(Klentengan). Alat berburu suku dayak biasanya adalah Mandau, Sumpit , Tombak,
dan lain-lain.
B. Nilai Kebudayaan Yang Terdapat Di Pura Pasak
Pura Pasak merupakan dibangun untuk menghargai
penganut hindu yang berada di wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara. Mungkin tidak seberapa penganut Hindu di Kabupaten
ini, namun bila menilik dari sejarah, Kerajaan Kutai, merupakan kerajaan
pertama di Indonesia yang menganut agama Hindu. Di pura ini, anda akan melihat
dua buah patung lembuswana di kiri kanan dan patung lembuswana yang berada di
tengah. Setelah melewati patung lembuswana, anda akan melihat gerbang pura yang
menyerupai pura di Bali. Melewati gerbang pura tersebut, anda akan melihat
singgasana, seperti singgasana Raja Kutai, yang berada di bagian paling ujung
dari pura.
Pura ini
memiliki bentuk mirip candi dengan struktur tangga berundak. Di beberapa
sudutnya terdapat patung-patung dengan desain eksotis.
C. Kisah
Dari Lembuswana Dan Hasil Kebudayaan Yang Diciptakannya
Berbelalai
bukan gajah, bertaring bukan harimau, bertaji bukan ayam. Legenda kemunculannya
di Sungai Mahakam ratusan tahun silam menjadikannya simbol Kerajaan Kutai
Kartanegara. Sosok berwarna keemasan nan berkilau ditempa matahari itu menjadi
ikon penanda di halaman depan Museum Mulawarman, Tenggarong, Kutai Kartanegara,
Kalimantan Timur. Patung satwa itu berbadan kuda yang berisisik dan bertaji.
Taringnya yang menghunus ganas yang mengapit belalai itu muncul dalam legenda
masyarakat setempat. Namanya Lembuswana, sang penguasa Sungai Mahakam yang
bersemayam di palung sungai itu. Patung Lembuswana tersebut merupakan karya
seniman Burma pada pertengahan abad ke-19, tetapi baru menghias pelataran
kedaton Kutai Kartanegara sejak awal abad ke-20. Kemunculan Lembuswana ini
kerap dihubungkan dengan kisah lahirnya Putri Karang Melenu yang muncul bersama
satwa mitologi itu dari dasar Sungai Mahakam. Kelak sang putri menikah dengan
Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti. Dari sang putri itu dilahirkan penerus
dinasti raja-raja Kutai Kartanegara. Leluhur warga Kutai memercayai bahwa Sang
Lembuswana merupakan tunggangan Mulawarman, yang bertakhta sebagai raja Kutai
sekitar 1.500 tahun silam. Tampaknya mirip dengan sebagian besar penganut Shiwa
di Nusantara bahwa lembu merupakan kendaraan Dewa Shiwa: Raja Majapahit pun
dilambangkan sebagai Shiwa pula. Satwa mitologi ini telah menjadi simbol
keperkasaan dan kedaulatan seorang penguasa. Unsur belalainya menandakan bahwa
satwa ini juga perlambang sosok Ganesha, Dewa Kecerdasan. Selain di Museum
Mulawarman, patung Lembuswana raksasa juga menghiasi Pulau Kumala, tempat
rekreasi di tengah Sungai Mahakam. Lembuswana telah meretas masa dari zaman
kerajaan Hindu tertua sampai kasultanan Kutai Kartanegara ing Martadipura,
tetapi makna bagi warga Kutai tetap tidak berubah bahwa sosok ini
mengikhtisarkan pula pemimpin yang mulia seharusnya juga mengayomi rakyat.
II.
MUSEUM MULAWARMAN
A. Sejarah
Museum Mulawarman
Museum mulawarman
adalah bangunan yang pernah berfungsi sebagai istana kesultanan, ditempat ini
terdapat peninggalan-peninggalan kesultanan dan kekayaan kebudayaan yang
dimiliki kutai. Museum mulawarman memiliki desai arsitektur yang hampir mirip
dengan bangunan Eropa. Setalah masa kemerdekan, kesultanan kutai bergabung
dengan NKRI dan istana ini tidak lagi digunakan pada masa itu karena kekuasaan
sultan telah remi berakhir. Istana ini disahkan kepemilikannya oleh pemerintah
Kalimantan Timur pada 25 November 1971,
yag setlahnya disahkan pengolaannya kepada departemen pendidikan dan kebudayaan
sebagai sebuah museum Negara.
Peninggalan kesultanan
pada tempat ini adalah pakaian-pakaian kebesaran kesultanan, senjata
tradisional, pangkat upacara adat kesultanan serta gemelan hadiah dari
kesultanan Yogjakarta Hadiningrat. Selain itu, kita juga dapat menemukan
seperangkat mata uang kuno pada zaman itu, tenun ulat doyo, miniatur candi,
baju adat dayak, serta miniatur kebudayaan masyrakat yang terdapat dalam kaca
besar. Jadi, musem mulawarman ini menyimpan banyak sekali pesona kebudayaan
masyarakat kutai. Dari sejarah kesultanan hingga kebudayaan masyarakt pada
zaman itu.
B. Nilai Kebudayaan Yang Terdapat Di Museum Mulawarman
B. Nilai Kebudayaan Yang Terdapat Di Museum Mulawarman
Museum
sering dikatakan sebagai jendela untuk melihat sejarah kebudayaan suatu bangsa.
Perumpamaan ini sangat tepat untuk mengingatkan bahwa museum lembaga yang
bertugas melakukan pelestarian warisan kebudayaan dan merupakan sebuah bukti
sejarah. Peninggalan sejarah merupakan hasil proses sejarah bangsa sepanjang
masa. Benda-benda merupakan bukti nyata dan warisan hasil budaya yang pernah dihayati oleh masyarakat
Pada
tempat ini terdapat sebuah makam raja-raja kutai kartanegara, serta sebuah arca
prasasti .Yupa yang merupakan sebuah hasil budaya masyarakat. Museum mulawarman
juga memiliki sebuah patung Blontang yang
berfungsi sebagai peralatan upacara adat kematian suku dayak dan bentuk Lungun. Setelah itu, terdapat patung ular Lembuh , pesut serta buaya, patung ini digunakan untuk ketika para
pengunjung datang memiliki kesan yang menarik.
[ ini merupakan sebuah gambar Yupa, dimana yupa dibangun oleh kaum brahmana itu sendiri untuk mengenang kemuliaan hati raja Mulawarman kepada bangsa Brahmana]
Pada
museum mulawarman memiliki nilai kebudayaan yang terbagi menjadi beberapa nilai
yaitu nilai religius, historis, nilai budaya dan nilai social. Nilai
Religius dimana peninggalan kebudayaan Hindu Budha yaitu adanya
peninggalan-peninggalan berupa arca-arca Hindu Buddha , arca dewa yang
dipamerkan di museum merupakan arca dewa-dewa dari Agama Hindu Buddha. Dengan
adanya peninggalan tersebut dapat disimpulkan bahwa agama Hindu Buddha pernah
berkembang di daerah Kalimantan timur.
[ Arca Dewa]
Nilai Historis yang
terdapat pada museum mulawarman yaitu peninggalan kebudayaan Hindu Buddha yang
berupa tujuh buah prasasti yupa . hal ini menandakan dimulainya sejarah bangsa
indonesia, berdasarkan perbandingan yang dilakukan prasasti ini diperkirakan
berasal dari adad VI masehi.
Nilai Budaya peninggalan
kebudayaan Hindu Buddha dapat dilihat dari pelaksanaan upacar adat. Pada zaman
dahulu, upacara-upacara adat dilaksanakan dengan tujuan untuk melindungi
raja-raja dari berbagai bahaya. Salah satu upacara adat yang masih memiliki pengaruh dari Hindu Buddhan
adalah upacara adat erau.
[ Acara Adat Erau]
Nilai Sosial peninggalannya
dalah adanya sifat yang suka mementingkan kepentingan umum. Hal ini dibuktikan
adanya sedekah, gotong royong, nilai tolong-mrnolong, serta adanya sebuah
musyawarah intraksi social yang baik.
[gambar
diatas merupakan sebuah gambaran kehidupan masyrakat. Dimana terjadi sebuah
hubungan social yang baik antar masyrakat]
III.
Museum Kayu
A.
Sejarah Museum Kayu
Museum kayu adalah sebuah banguan
yang dibangun dengan kayu panggung. Yang terletak di dekat Waduk Panji
Sukarame, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Di dalam museum kayu ini
terdapat beragam jenis kayu yang ada di pulau Kalimantan. Adapun koleksi yang
dipamerkan dalam musem kayu adalah sebagai berikut.
§ Kerajinan
dayak, berupa anjat, ukiran dayak dari ulin, alat tradisional dayak,
dayung, bubu,
§ Miniature
rumah dayak
§ Koleksi
jenis-jenis daun kayu yang ada di daerah kutai kartanegara
§ Koleksi
biji-bijian
§ Kerajinan
kutai yang terbuat dari rotan, berupa lemari kursi, lampu, tempat tidur
§ Buaya
yang diawetkan
B.
Nilai Kebudayaan
Masyarakat Dari Museum Kayu
Pulau kalimantan merupakan sebuah
pulau yang memiliki sungai yang terbesar dan terpanjang di dunia. Kaliamtan
merupakan wilayah yang memiliki kepadatan penduduk terendah keempat di
nusantara. Wilayah Kalimantan timur memiliki iklim hutan hujan tropis. Terdapat
beberapa kerajaan yang ada di pulau Kalimantan yaitu kerajaan kutai (beragama
Hindu), kesultanan kutai kartanengara ing martadipura, dan kesultanan pasir. Di
pulau Kalimantan memiliki suku yang dikenal memiliki kehidupan yang primitive yang
tinggal di pedalaman hutan. Dayak
memiliki kaidah bahasa yang berbeda setiap sukunya. Dayak memiliki banyak macam
seperti dayak kenyah, dayak tunjung, dayak punan, dan puluhan dayak lainnya.
[ gambar diatas menunjukan bahwa,
masyarakat di Kalimantan timur memiliki sebuah alat music daerah, perlengkapan
dapur yang terbuat dari kayu, serta anyaman-anyaman kerajinan tangaan yang
terbuat dari kayu dari hasil hutan hujan tropis ]
Berikut ini nilai kebudayaan yang memiliki
kaitan dengan museum kayu yang terdapat di kutai kartanegara.
a. Cara
Kehidupan Suku Dayak
Suku sayak banyak mendiami daerah yang dekat dengan kawasan sungai Mahakam. Dimana sungai Mahakam merupakan sebuah sumber kehidupan bagi masyarakat. Sungai Mahakam digunakan sebagai tempat mencari makanan, tempat trasportasi umum, serta sebagai daya tarik tersendiri bagi Kalimantan timur. Selain sungai Mahakam, suku dayak juga memiliki kebiasaan membuat sebuh kebun untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari. Seperti menanam tumbuhan yang dapat dimakan berupa pohon jambu, rambutan, durian sayur mayur, dan tumbuhan lainnya. Setiap daerah kadang memiliki rumah adat yang disebut dengan Lamin. Yang merupakan rumah panjang suku dayak yang digunakan untuk tempat upacar adat dan tempat musyawarah suku dayak dikala ada hal yang penting untuk dibahas.
[ternyata kehidupan masyarakat
Kalimantan tinggal di pinggir sungai mahkam sebagai sumber kehidupan, ini
memiliki tantangan tertentu terutama para makhluk yang juga bergantung pada
sungai Mahakam]
[kerena kehidupan
masyarakt menempati daerah yang berdekatan dengan sungai, para masyarakat
memiliki cara tersendiri unutk menangkap atau menarik perhatian para binatang
sebagai sumber makanan ]
[ ini merupakan sebuah
miniature rumah adat suku dayak ]
[ gambar diatas menunjukan bahwa di Kalimantan
memiliki berbagai jenis kayu yang dapat dimanfaatkan oleh masyrakat sekitar
untuk kebutuhan sehari-hari. Karena berbagai jenis kayu ini timbul budaya untuk
membuat sebuah karya seni yang berupa ukiran dan patung-patung]
[ gambar tersebut membuktikan bahwa masyarakat mulai
berkreasi dengan hasil alam yang ada sehingga menciptakan karya seni yang
menjadi sebuah jati diri suku dayak melaui hasil ukiran yang ada]
b. Cara
Mereka Berpakaian
Pakaian
Suku Dayak dikenakan dibagi menjadi 2, yakni pakaian laki-laki dan perempuan. Pakaian
suku dayak berbeda disetiap daerahya. Tergantung budaya seperti apa yang dianut
masyrakat. Pakaian suku dayak ada yang lebih dominan memakai warna merah da
nada yang lebih mendominan kuning dan hitam.
c. Upacara/Ritual
Suku Dayak
Upacara/Ritual
Suku Dayak merupakan sebuah kepercayaan suku dayak pedalaman. Disini mereka
memiliki kepercayaan seperti agama pada umumnya. Suku dayak percaya jika roh yang
telah meninggal akan kembali kepada asal mula manusia diciptakan. Suku dayak
juga kadang melakukan ritual adat dimana merupakan sebuh rasa syukur kepada
Tuhan Yang Maha Kuasa. Upacara adat ini bisa berupa Hudoq, serta Erau yang
merupakan sebuah upara adat yang dipercaya dapat melindungi rajamerka pada
zaman kesultanan kartanegara.
[ upacara adat suku dayak ]
Jadi,
suku dayak merupakan suku pedalam yang masih sangat bergantung dengan hutan
hujan tropis yang ada di Kalimantan timur. Mulai dari flora dan faunanya, serta
sungai Mahakam yang menjadi sumber kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pulau kumala merupakan salah satu wisata yang memiliki pesona yeng
berbeda. Dimana pulau ini terdapat di tengah-tengah sungai Mahakam. Untuk
menuju kesana harus melalui jembatan yang bernama repo-repo. Pulau ini
merupakan sebuah arsitektur yang memiliki perpaduan antar teknologi modern dan
budaya tradisional. Pada saat berkunjung ditempat ini, para pengunjung akan
melihat lamin (Rumah Adat Suku Dayak) serta adanya bangunan candi yang bernama
Candi Pasak, salah satu tempat ibadah penganut agama hindu di kabupaten kutai
kartanegara, dan Patung Lembu Swana yang terdapat di ujung pulau kumala yang
menghadap kearah jembatan kutai kartanegara. Selain itu, museum mulawarman dan museum
kayu memiliki nilai kebudayaan yang ada di kutai kartanegara yang harus
dilestarikan dan dipelajari sebagai sumber pegangan untuk tidak terlupakannya
sebuah sejarah masa lalu yang menjadi sebuah jati diri masyrakat.
B. Saran
Perjalanan wisata study tour ini sangat
bermanfaat untuk siswa, sangat baik apabila terus dilaksanakan dari tahun ke
tahun dengan tujuan yang berbeda dan yang kaya akan sejarah dan ilmu pengetahuan
agar wawasan siswa meningkat.
0 komentar:
Posting Komentar