Selasa, 12 Februari 2019

Kelompok_2_Pgsd_A_2018 Konsep Dasar Sejarah Materi Sejarah Kolonial Eropa


MAKALAH

SEJARAH KOLONIAL EROPA
 
DISUSUN OLEH
KELOMPOK :
1.      Ajie James Edwin (( 1886206051 )
2.      Jelfini (1886206026 )
3.      Elistina (1886206023 )
4.      Antonius Himang ( 1886206949 )
5.      Rolen (1886206043)
6.      Wika Fradila (1886206037 )
7.      Tiana Anugrah Salsabilla  ( 1886206045 )
8.      Imakulata Prisma Desi Luan (1886206009 )

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM
SAMARINDA




KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan lancar dan tepat pada waktunya. Makalah dari mata kuliah ini berjudul “Sejarah Kolonial Eropa”, yaitu membahas tentang perkembangan sistem demokrasi di Indonesia.
Kami menyadari bahwa sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, tentu hasil karya kami ini tidak luput dari kekurangan baik dari segi isi maupun penulisan kata. Maka dari itu kami sangat membutuhkan kritik dan saran yang membangun dari anda semua demi untuk memperbaiki makalah kami di masa yang akan datang. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua pembaca.












Samarinda, 15 September 2018




      Penulis


DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................
KATA PENGANTAR .........................................................................................................
DAFTAR ISI ........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................
A.    Latar Belakang ..........................................................................................................
B.     Rumusan Masalah .....................................................................................................
C.     Tujuan .......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................
A.    Awal Kedatangan Kolonial Eropa.............................................................................
B.     Perkembangan Masyarakat pada Masa Kolonial Eropa.............................................
C.     Perkembangan Kebudayaan Pada Masa Kolonial Eropa...........................................
D.    Perkembangan Pemerintah Kolonial Eropa................................................................
E.     Mempertahankan Perjuangan Kemerdekaan..............................................................
BAB III PENUTUP .............................................................................................................
A.    Kesimpulan ...............................................................................................................
B.     Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA           


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Proses kolonialisme bangsa-bangsa Barat terhadap Dunia Timur berlangsung semenjak abad ke-15. Saat itu, kebutuhan akan rempah-rempah yang sangat dibutuhkan oleh bangsa-bangsa Barat mendorong pencarian daerah-daerah penghasil rempah-rempah. Kedatangan mereka pada awalnya hanya untuk berdagang, tetapi perkembangan berikutnya mereka berusaha menguasai daerah-daerah strategis di Indonesia, baik secara ekonomis maupun politis. Terjadilah kolonialisme dan imperialisme Eropa di Indonesia.
Ada beberapa negara di Eropa yang berlayar mencari rempah-rempah kearah utara dan ada beberapa yang berlayar menuju timur. Terdapat beberapa faktor yang mendorong bangsa Eropa pergi ke dunia Timur, antara lain sebagai berikut :
1.       Dikuasainya rute dan pusat-pusat perdagangan di Timur Tengah oleh orang-orang Islam.
2.       Adanya kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu dengan ditemukan peta dan kompas yang sangat penting bagi pelayaran.
3.       Adanya keinginan untuk mendapatkan rempah-rempah dari daerah asal sehingga harganya lebih murah dan dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.
4.       Adanya keinginan untuk melanjutkan Perang Salib dan menyebarkan agama Nasrani ke daerah-daerah yang dikunjungi.
5.       Adanya jiwa petualangan sehingga menggugah semangat untuk melakukan penjelajahan samudra.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana awal kedatangan kolonial eropa ?
2.      Bagaimana perkembangan masyarakat pada masa kolonial eropa ?
3.      Apa perkembangan kebudayaan  pada masa  kolonial eropa ?
4.      Apa perkembangan pemerintah kolonial eropa ?
5.      Bagaimana mempertahankan perjuangan kemerdekaan ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui awal kedatang kolonial eropa.
2.      Untuk mengetahui perkembangan masyarakat pada masa kolonial eropa.
3.      Memahami perkembangan kebudayaan  pada masa  kolonial eropa.
4.      Memahami perkembangan pemerintah kolonial eropa.
5.      Untuk mengetahui mempertahankan perjuangan kemerdekaan.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Awal Kedatangan Kolonial Eropa
Proses kolonialisme dan imperialisme yang terjadi di Asia, khususnya di Indonesia dipelopori oleh oleh Portugis dan Spanyol, disusul oleh Belanda, Inggris, dan Perancis. Negara-negara tersebut mengirimkan para penjelajahnya untuk mengarungi samudera dan mencari jalan menuju ke Dunia Timur yang terkenal itu.
Secara umum, kedatangan bangsa Eropa ke Asia termasuk ke Indonesia dilandasi keinginan mereka untuk berdagang, menyalurkan jiwa penjelajah, dan menyebarkan agama. Adapun sebab dan tujuan bangsa Eropa ke dunia Timur adalah sebagai berikut:
1.      Mencari kekayaan termasuk berdagang (Gold)
2.      Mencari kemuliaan bangsa (Glory)
3.      Menyebarkan agama (Gospel)
Sejak abad ke-3, rempah-rempah memang merupakan bahan dagang yang sangat menguntungkan. Hal ini mendorong orang-orang Eropa berusaha mencari harta kekayaan ini sekalipun menjelajah semudera. Keinginan ini diperkuat dengan adanya jiwa penjelajah. Bangsa Eropa dikenal sebagai bangsa penjelajah, terutama untuk menemukan daerah-daerah baru. Mereka berlomba-lomba meninggalkan Eropa. Mereka yakin bahwa jika berlayar ke satu arah, maka mereka akan kembali ke tempat semula. Selain itu, orang-orang Eropa terutama Protugis dan Spanyol yakin bahwa di luar Eropa ada Prestor John (kerajaan dan penduduknya beragama Kristen). Oleh karena itu, mereka berani berlayar jauh. Mereka yakin akan bertemu dengan orang-orang seagama.
Pada awalnya, tujuan kedatangan bangsa Eropa ke Indonesia hanya untuk membeli rempah-rempah dari para petani Indonesia. Namun, dengan semakin meningkatnya kebutuhan industri di Eropa akan rempah-rempah, mereka kemudian mengklaim daerah-daerah yang mereka kunjungi sebagai daerah kekuasaannya. Di tempat-tempat ini, bangsa Eropa memonopoli perdagangan rempah-rempah dan mengeruk kekayaan alam sebanyak mungkin. Dengan memonopoli perdagangan rempah-rempah, bangsa Eropa menjadi satu-satunya pembeli bahan-bahan ini. Akibatnya, harga bahan-bahan ini pun sangat ditentukan oleh mereka. Untuk memperoleh hak monopoli perdagangan ini, bangsa Eropa tidak jarang melakukan pemaksaan. Penguasaan sering dilakukan terhadap para penguasa setempat melalui suatu perjanjian yang umumnya menguntungkan bangsa Eropa. Selain itu, mereka selalu turut campur dalam urusan politik suatu daerah. Bangsa Eropa tidak jarang mengadu domba berbagai kelompok masyarakat dan kemudian mendukung salah satunya. Dengan cara seperti ini, mereka dengan mudah dapat mempengaruhi penguasa untuk memberikan hak-hak istimewa dalam berdagang.
B.     Perkembangan Masyarakat Pada Masa Kolonial Eropa
Pengertian masyarakat kolonial adalah merupakan masyarakat yang melakukan pengembangan kekuasaan sebuah negara terhadap wilayah dan juga manusia di luar batas negaranya, yang seringkali mempunyai tujuan untuk mencari dominasi di bidang ekonomi dari sumber daya, tenaga kerja, dan juga pasar wilayah. Kekayaan alam Indonesia terutama hasil rempah-rempahnya ternyata membuat bangsa Eropa tertarik untuk datang ke kawasan Nusantara. Awalnya kedatangan mereka adalah berdagang, namun lama kelamaan mereka memiliki ambisi untuk memonopoli dan menguasai semua perdagangan dan kekayaan yang ada di Nusantara. Kedatangan dari orang-orang Eropa pada akhirnya memunculkan adanya penderitaan dan kesengsaraan terhadap masyarakat Indonesia. Berikut gambaran mengenai kehidupan masyarakat indonesia pada masa kolonial. Dilihat dari awal kedatangan sampai penguasaan bangsa Eropa di Indonesia yang begitu panjang (abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-20), secara langsung atau tidak langsung Kolonial Eropa telah memengaruhi perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Perkembangan masyarakat itu antara lain sebagai berikut.
1.      Pengolongan masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia pada masa Kolonial Eropa dibedakan dalam beberapa golongan atau garis warna. Garis warna atau perbedaan warna kulit pada tanah jajahan sangat ketat diberlakukan oleh Kolonial Eropa. Pemerintah Kolonial Belanda umpamanya membagi golongan sosial di Indonesia berdasarkan kepada hukum dan keturunan atau status sosial.
1. Pembagian masyarakat menurut hukum Belanda, terdiri atas:
a. golongan Eropa;
b. golongan Indo;
c. golongan Timur Asing;
d. golongan Bumiputera.
2. Pembagian masyarakat menurut keturunan atau status sosial, terdiri atas:
a. golongan bangsawan (aristokrat);
b. pemimpin adat;
c. pemimpin agama;
d. rakyat biasa.
Berdasarkan golongan sosial tersebut, orang-orang Eropa dianggap sebagai ras tertinggi, kedua orang-orang Indo (turunan pribumi dan Eropa), ketiga orang-orang keturunan Timur Asing (Cina), dan terakhir orang-orang pribumi (Indonesia). Posisi Indonesia yang berada pada urutan paling bawah masih juga dibedakan. Kedudukan seseorang pribumi tersebut dalam perkembangannya dibedakan pada aspek keturunan, pekerjaan, dan pendidikan. Pembagian kelas tersebut sebenarnya untuk menunjukan pada kaum pribumi bahwa bangsa kulit putih kedudukannya jauh lebih tinggi dari kulit berwarna.

C.    Perkembangan Kebudayaan
Bangsa-bangsa Eropa yang pernah datang dan berkuasa di Indonesia sedikit banyak memberikan pengaruh pada perkembangan kebudayaan Indonesia. Kebudayaan asli Indonesia selanjutnya ada yang dipengaruhi, baik melalui difusi, asimilasi, dan akulturasi. Kebudayaan itu selanjutnya berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Berikut ini bentuk-bentuk peninggalan Kolonial yang berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
1.      Penyebaran agama kristiani
Indonesia adalah untuk menyebarkan agama Nasrani di setiap wilayah yang didatangi. Tidak mengherankan jika dalam setiap pelayarannya selalu membawa para pendeta atau penyebar agama Nasrani.
Penyebar agama Katolik dibawa oleh misi Zending Portugis sedangkan Nasrani Protestan di bawa oleh misionaris Belanda. Adapun daerah yang dipengaruhi Portugis, antara lain Ambon, Ternate, dan Halmahera juga di Sulawesi Selatan. Agama Khatolik menyebar ke Maluku Utara, Sulawesi Utara, dan kepulauan Sangihe-Talaud.
Sejak Portugis terusir dari kota Ambon dan menetap di Timor Timur. Pengaruh agama Katolik berkembang juga di Flores bagian timur, Pulau Solor, dan pulau-pulau kecil lainnya di Nusa Tenggara Timur. Daerah misionaris Belanda di antaranya meliputi: Maluku, Kalimantan, Minahasa, Tana toraja, Sangihe-Talaud, Tanah Batak, Nusa tenggara Timur, dan Papua. Sedang agama katolik meliputi daerah Minahasa, Kalimantan Barat, Timor, Flores, Maluku Selatan, Malang, Muntilan, Salatiga, dan Batavia. Sekarang penyebaran agama Nasrani telah masuk hampir ke seluruh pelosok Indonesia.
2.      Pendidikan
Dengan semakin meluasnya kekuasaan kolonial di Indonesia, Pemerintah Kolonial Eropa perlu memanfaatkan potensi masyarakat Indonesia. Hal tersebut dilakukan untuk mempertahankan dan menjalankan struktur dan tugasnya yang semakin luas dan banyak. Kebutuhan akan tenaga kerja manusia yang profesional, setidaknya tenaga kerja yang bisa membaca dan menulis semakin banya diperlukan. Perkembangan pendidikan semakin diperkuat keberadaannya setelah ada tuntutan perbaikan nasib bangsa terjajah oleh golongan humanis dari negeri Belanda. Atas dorongan dan desakan mereka, Pemerintah Kolonial membuka pendidikan bagi kaum pribumi.
3.      Monetisasi(pengenalan nilai mata uang)
Masuknya pengusaha asing yang menanamkan modalnya pada perkebunan-perkebunan Indonesia dipandang sebagai zaman liberal. Pada zaman inilah terjadi penetrasi yang memberikan dampak positif dan negatif bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia. Penetrasi pada bidang ekonomi adalah terjadinya pengenalan nilai mata uang (monetisasi). Penetrasi berupa pengenalan nilai mata uang pada masyarakat Indonesia ini memang bukan suatu hal yang baru, namun pada zaman liberal ini mengalami perkembangannya yang pesat. Hal itu dapat dilihat dari proses transaksi dalam bentuk penyewaan tanah milik penduduk yang akan dijadikan perkebunan-perkebunan besar dibayar dengan uang. Selain itu, petani di Jawa yang bekerja sebagai buruh harian atau buruh musiman pada perkebunan-perkebunan besar dibayar pula dengan uang.
4.      Komersialisasi ekonomi
Masuknya sistem ekonomi terbuka telah memaksa komersialisasi ekonomi, monetisasi, dan industrialisasi dalam kehidupan masyarakat, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Komersialisasi ekonomi terutama terjadi seiring dengan semakin melimpahnya hasil-hasil perkebunan besar, seperti kopi, teh, gula, kopi, kapas, dan kina.
Hasil-hasil perkebunan tersebut dari waktu ke waktu semakin menguntungkan karena semakin ramai diperdagangkan pada pasar internasional. Kondisi demikian semakin mendorong semangat para pengusaha dan penanam modal dari berbagai negara, baik Belanda maupun Eropa lainnya untuk membuka berbagai lahan bisnisnya di Indonesia. Penanaman modal semakin dikembangkan, tidak hanya terbatas pada sektor perkebunan, tetapi meningkat pada industri-industri atau perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam pengolahan bahan hasil-hasil perkebunan, seperti industri gula, kina, dan tekstil. Pada perkembangan selanjutnya, arus barang yang keluar dan masuk ke Indonesia semakin ramai dan beraneka ragam. Dengan demikian, zaman liberal telah membawa kehidupan ekonomi Indonesia yang tradisional ke arah komersialisasi ekonomi.

5.      Pembangunan gedung-gedung
Kolonial Eropa banyak meninggalkan sisa-sisa peninggalan bangunan. Bangunan itu ada yang masih utuh atau telah rusak dan ada juga yang sampai sekarang masih digunakan oleh masyarakat dan Pemerintah Indonesia. Gedung-gedung itu memiliki gaya arsitektur yang khas dan memiliki nilai sejarah. Gedung-gedung itu antara lain, gedung sekolah, gedung pemerintahan, rumah sakit, museum, dan lain-lain. Misalnya di Bandung ada gedung SMAN 3 yang memiliki ciri khas kolonial dan ternyata gedung itu dulunya bernama Hogere Burger School (HBS), Institut Teknologi Bandung (ITB) dulunya bernama Technische Hoogeschool, Di Serang ada gedung Osvia (School Tot Opleiding Van Indische Artsen), di Jakarta ada ”Gymnasium Willem III” sekolah lanjutan pertama untuk golongan Eropa, Di Menado ada De Scholen der Tweede Klasse (sekolah kelas dua), di Tondano ada Hoofdenschool (Sekolah Raja pertama untuk anak dari golongan bangsawan). Selain gedung-gedung tersebut, masih banyak lagi sisa-sisa gedung peninggalan kolonal yang tersebar di berbagai pelosok tanah air yang sekarang dipakai untuk gedung pemerintahan, rumah sakit, olah raga, dan lain-lain.

6.      Dalam bidang kesenian
Dalam bidang kesenian, pengaruh kolonial yang masuk dan berkembang adalah lagu keroncong. Jenis lagu ini ternyata dibawa oleh orang-orang Portugis. Sekarang jenis lagu ini banyak diminati kaum muda maupun tua.

D.    Perkembangan Pemerintah Kolonial Eropa
Banyak perubahan yang terjadi di masyarakat Indonesia setelah kedatangan bangsa Eropa. Pada bidang politik terjadi perubahan dalam sistem pemerintahan kerajaan. Sebelum kedatangan bangsa Eropa di Indonesia, sistem pemerintahan, struktur birokrasi, dan sistem hukum yang berlaku adalah sistem “pemerintahan tradisional” yang berbentuk kesultanan atau kerajaan.
Sejak Kolonial menanamkan kekuasaannya di Indonesia, kekuasaan pribumi tradisional yang berada dibawah seorang raja atau sultan sedikit demi sedikit mulai dihapus dan akhirnya hilang sama sekali. Kekuasaan mulai berganti kepada tangan Kolonial. Raja-raja diangkat dan diberhentikan berdasarkan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintahan Kolonial. Setiap penguasa lokal yang diangkat dan diberhentikan oleh Kolonial pada dasarnya telah terikat oleh kontrak politik yang menyatakan bahwa daerah yang mereka kuasai harus diakui sebagai bagian dari kekuasaan Kolonial Belanda.
Abad ke-19 sampai pertengahan abad ke-20, Indonesia sudah dikuasai pemerintahan kolonial Belanda. Oleh karena itu, sistem pemerintahan yang dijalankan adalah sistem pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Kekuasaan tertinggi dipegang dan diatur oleh pemerintahan Kerajaan Belanda. Namun demikian, dalam hal-hal tertentu Pemerintah Hindia Belanda banyak menggunakan jasa pihak pribumi. Dalam pelaksanaan struktur pemerintahan dari atas ke bawah, Belanda membentuk bentuk pemerintah, yaitu:
1.      Pemerintahan zelfbestuur, yaitu kerajaan yang berada di luar struktur pemerintahan kolonial.
2.      Pemerintahan yang dipegang oleh orang-orang Belanda di dalam negara jajahan disebut dengan Binenland Bestuur (BB), antara lain Gubernur Jenderal, Residen, Asisten Residen, dan Controleur
3.      Pemerintahan yang dipegang oleh kaum pribumi yang dinamakan dengan Pangreh Praja (PP). Pejabat yang duduk dalam PP adalah Bupati, Patih, Wedana, dan Asisten Wedana.
Berikut ini perkembangan pemerintahan Kolonial Eropa di Indonesia pada abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-20.

a.       Pemerintahan portugis
Bangsa Portugis yang datang ke Indonesia dipimpin oleh Alfonso d’ Albuquerque. Ia pada tahun 1511 berhasil menguasai Kerajaan Malaka. Kekuasaan Portugis mengalami perkembangan yang pesat setelah menguasai Malaka. Mereka selanjutnya memperluas kekuasaan ke daerah-daerah lainnya di Indonesia. Selain itu orang Portugis biasanya mampu berbaur dengan masyarakat setempat seperti menikahi perempuan pribumi. Ketika terjadi perselisihan di Maluku antara Hitu dan Seram, Portugis memihak Hitu sehingga Portugis diterima di sana. Cara yang dilakukan Portugis di Hitu juga diterapkan ketika datang ke Ternate, mereka diterima baik oleh kerajaan Ternate untuk menghadapi Tidore. Ketika berhasil mengalahkan Tidore yang dibantu pihak Spanyol, Portugis meminta imbalan untuk memonopoli perdagangan cengkeh Keadaan itu menyebabkan rakyat Ternate tidak menyukai orang-orang Portugis. Mereka berusaha untuk membebaskan diri dari kekuasaan Portugis.
b.      Pemerintahan Belanda
Tujuan awal kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia adalah untuk berdagang dan mencari keuntungan dari berdagang rempah-rempah. Sejak Lisabon dikuasai oleh Spanyol, Belanda tidak dapat lagi membeli dan menyalurkan rempah-rempah ke negerinya ataupun ke negara Eropa lainnya. VOC singkatan dari Vereenigde Oost Indische Compagnie atau Perserikatan Perusahaan Hindia Timur. Kemudian, diangkatlah seorang pimpinan berpangkat gubernur jenderal untuk memperlancar kegiatannya. Gubernur jenderal pertama adalah Pieter Both. Beberapa hak istimewa disebut hak octrooi yang diberikan Pemerintah Belanda kepada VOC, antara lain:
1. hak monopoli perdagangan;
2. hak memiliki tentara sendiri;
3. hak menguasai dan mengikat perjanjian dengan kerajaan-kerajaan di daerah yang dikuasai;
4. hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri;
5. hak mengumumkan perang dengan negara lain
6. hak memungut pajak;
7. hak mengadakan pemerintahan sendiri.
c.    Pemerintahan perancis
Louis Napoleon, adik Kaisar Napoleon dari Perancis yang telah diangkat sebagai Raja Belanda, pada tahun 1808 mengangkat Herman Willem Daendels sebagai Gubernur Jenderal di Indonesia. Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Indonesia, khususnya pulau Jawa agar tidak jatuh ke tangan Inggris. Untuk keperluan tersebut, Daendels membangun jalan raya dari Anyar sampai Panarukan yang panjangnya lebih-kurang 1.100 km, dan membangun pangkalan armada di Ujungkulon. Agar pembangunan berjalan cepat dan murah, Daendels menerapkan rodi atau sistem kerja paksa. Rakyat dipaksa bekerja keras tanpa istirahat dan makanan yang cukup, serta tanpa upah. Daendels juga tidak memperhatikan kesehatan pekerja sehingga banyak pekerja yang meninggal dunia, akibat kelaparan dan kesehatan yang buruk.
Pada tahun 1811, Daendels dipanggil pulang dan kedudukannya digantikan oleh Gubernur Jenderal Janssens. Ia kurang cakap dan lemah, sehingga langsung menyerah ketika Hindia Belanda diserang Inggris. Janssens menandatangani perjanjian yang menyatakan penyerahan kekuasaan Belanda atas Indonesia kepada Inggris. Perjanjian itu dilakukan di Tuntang dekat Salatiga sehingga dikenal dengan nama “Perjanjian Tuntang”.
d.      Pemerintahan Inggris
Perhatian Inggris atas Indonesia sebenarnya sudah dimulai ketika pada tahun 1579 penjelajah Francis Drake singgah di Ternate, Maluku. Untuk mengadakan hubungan dagang dengan kepulauan rempah-rempah di Asia, Inggris membentuk EIC (East Indies Company). Pada tahun 1602 armadanya sampai di Banten dan mendirikan loji di sana. Pada tahun 1604, dibuka perdagangan dengan Ambon dan Banda. Pada 1609, Inggria mendirikan pos di Sukadana (Kalimantan). Pada 1613, Inggris berdagang dengan Makasar, dan pada tahun 1614, Inggris mendirikan loji di Batavia.
Sebagai kepala pemerintahan di Indonesia, Inggris mengangkat Thomas Stamford Raffles dengan pangkat Letnan Gubernur Jenderal. Pemerintahan Raffles ini sekaligus untuk mewakili Lord Minto, Gubernur EIC di India. Pada masa pemerintahannya, Raffles menjalankan kebijakan-kebijakan sebagai berikut.
1.      Jenis penyerahan wajib pajak dan rodi harus dihapuskan kecuali di Priangan (Prianger Stelsel) dan Jawa Tengah
2.      Rakyat diberi kebebasan untuk menentukan jenis tanaman tanpa unsur paksaan.
3.      Bupati sebagai pemungut pajak dihapuskan, dan penggantinya diangkat menjadi pegawai pemerintah.
4.       Pemerintah kolonial adalah pemilik tanah dan petani sebagai penggarap (penyewa) milik pemerintah.

E.     Mempertahankan Perjuangan Kemerdekaan
a.       Perjuangan fisik dalam mempertahankan kemerdekaan
Pada tanggal 8 September 1945 tentara sekutu tiba di Indonesia. Kedatangan tentara  Sekutu di Indonesia disambut baik oleh rakyat. Tujuan mereka, yaitu melucuti senjata tentara Jepang, membebaskan tawanan Jepang, dan mencari penjahat perang. Namun, kedatangan tentara Sekutu diboncengi orang-orang Belanda. Belanda datang kembali ke Indonesia untuk membuat pemerintahan sipil yang disebut NICA (Netherland Indies Civil Administration). Tindakan  tersebut mendapat perlawanan dari para pejuang Indonesia.
1.       Pertempuran 10 November
Tentara Sekutu (Inggris) pertama kali mendarat di Surabaya pada 25 Oktober 1945. Pendaratan ini dipimpin Brigadir  Jenderal A.W.S. Mallaby. Dua hari kemudian tentara Inggris menyerbu penjara republik untuk membebaskan perwira-perwira Sekutu. Pada tanggal 28 Oktober 1945, pos-pos Sekutu di seluruh kota Surabaya diserang oleh rakyat Indonesia. Dalam berbagai serangan itu, pasukan Sekutu terjepit. Pada tanggal 29 Oktober 1945, para pemuda dapat menguasai tempat-tempat yang telah dikuasai Sekutu.
Pada tanggal 30 Oktober 1945 terjadi pertempuran di gedung Bank International, tepatnya di Jembatan Merah. Dalam peristiwa itu, Brigjen Mallaby tewas. Menanggapi peristiwa ini, pada tanggal 9 November 1945,. Batas waktu ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Jika sampai batas waktunya tidak menyerahkan senjata, maka Surabaya akan diserang dari darat, laut, dan udara”.
Batas waktu itu tidak diindahkan rakyat Surabaya. Oleh karena itu,  pecahlah pertempuran Surabaya pada tanggal 10 November 1945. Salah satu pemimpin arek-arek Surabaya, antara adalah Bung Tomo. Untuk memperingati kepahlawanan rakyat Surabaya itu, pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan\
2.       Pertempuran Bandung Lautan Api
Tentara  Sekutu  memasuki  Kota  Bandung pada Oktober 1945. Tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum yang isinya agar para pemuda menyerahkan senjata yang dirampas dari tangan Jepang. Ultimatum tersebut tidak diindahkan oleh para pemuda. Pada 23 Maret 1946, pasukan Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua. Isinya agar Kota Bandung bagian selatan segera dikosongkan.  Para pejuang yang dipimpin Kolonel A.H. Nasution sepakat untuk mematuhi ultimatum demi keselamatan rakyat dan kepentingan politik pemerintah RI.
Sebelum meninggalkan Kota Bandung, para pejuang membumi hanguskan Kota Bandung. Pada malam hari 23 Maret 1946, gedung-gedung penting dibakar. Peristiwa tersebut dikenal dengan "Bandung Lautan Api". Dalam peristiwa tersebut, gugur seorang pejuang Mohammad Toha.
3.       Pertempuran medan area
Pasukan Inggris di bawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly mulai mendarat di Medan (Sumatera Utara) pada tanggal 9 Oktober 1945. Para pemuda dipelopori oleh Achmad Tahir, seorang mantan perwira Tentara Sukarela  (Giyugun) membentuk Barisan Pemuda Indonesia.
Pada tanggal 13 Oktober 1945 terjadi insiden di sebuah hotel di Jalan Bali, Medan. Seorang anggota NICA menginjak-injak bendera merah putih yang dirampas dari seorang pemuda. Pada tanggal 1 Desember 1945 pihak Inggris memasang papan-papan pengumuman bertuliskan “Fixed Boundaries Medan Area.” Dengan cara itu, Inggris menetapkan secara sepihak batas-batas kekuasaan mereka. Sejak saat itulah dikenal istilah Pertempuran Medan Area.
4.       Pertempuran Ambarawa
“Pertempuran Ambarawa” diawali oleh mendaratnya tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang. Pada tanggal 21 November  1945 terjadi pertempuran,  dalam pertempuran itu, Letnan Kolonel Isdiman gugur. Pimpinan pasukan kemudian dipegang oleh Kolonel Sudirman, Panglima Divisi Banyumas.
Pada  12 sampai 15 Desember 1945  terjadi pertempuran hebat yang dikenal dengan sebutan Palagan Ambarawa. Dalam pertempuran ini Sekutu dapat diusir ari Ambarawa. Peristiwa ini diabadikan oleh pemerintah dengan dibangunnya  Untuk mengenang peristiwa ini, dibuatlah Monumen Palagan Ambarawa. Pada 15 Desember dijadikan sebagai Hari Infanteri.

5.       Perang Puputan di Bali
Perang Puputan di Bali dipimpin oleh I Gusti Ngurah Rai. I Gusti Ngurah Rai dan pasukannya, Ciung Wanara. Pertempuran ini dimulai April 1946 di Denpasar. Mereka bertahan di Desa Marga. Di daerah ini pasukan I Gusti Ngurah Rai mengadakan perang habis-habisan (Puputan). Akhirnya I Gusti Ngurah Rai dan sebagian besar pasukannya meninggal. Perang ini juga disebut pertempuran Margarana (18 November 1946).

b.      Perjuangan diplomasi dalam rangka mempertahankan kemerdekaan
1.      Perundingan Linggarjati
Dalam upaya perdamaian,  Inggris mempertemukan Belanda dan Indonesia di Linggajati, sebelah Selatan Cirebon (sekarang Kabupaten Kuningan), Jawa Barat. Dalam perundingan ini Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir, Belanda diwakili oleh  Van  Mook.
Hasil  perundingan ditandatangani pada 25 Maret 1947. Isinya sebagai berikut.
(1)   Belanda mengakui wilayah Indonesia secara de facto yang meliputi   Sumatra, Jawa, dan Madura.
(2)   Republik Indonesia bersama Belanda bekerja  sama membentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS).
(3)   Bersama-sama membentuk Uni Indonesia Belanda  dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.
2.      Agresi Militer Belanda I
Pada 21 Juli 1947, Belanda melakukan serangan militer yang disebut sebagai Agresi  Militer Belanda I. TNI melawan serangan agresi Belanda tersebut menggunakan taktik gerilya. TNI berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di kota-kota besar saja dan di jalan raya.
Untuk menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pihak PBB membentuk Komisi yang dikenal dengan nama Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas KTN adalah menghentikan sengketa RI-Belanda.  Indonesia diwakili oleh Australia, Belanda diwakili oleh Belgia, dan Amerika Serikat sebagai penengah. Adapun delegasinya adalah sebagai berikut!
a.       Australia, diwaktli oleh Richard Kirby
b.      Belgia, diwakili oleh Paul Van Zeland
c.       Amerik.a Serikat, diwakili oleh Dr. Frank Graham.

3.      Perjanjian Renville
Pada tanggal 8 Desember 1948 di atas kapal Amerika Serikat "USS Renville" yang sedang berlabuh di Teluk Jakarta diadakan perjanjian Renville. Dalam perundingan itu Negara Indonesia, Belanda, dan masing-masing anggota KTN diwakili oleh sebuah delegasi.
1)      Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
2)      Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3)      Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4)      Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5)      Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Perjanjian Renville sangat merugikan pihak Indonesia karena wilayahnya makin sempit. Isi perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut.
(1)   Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai dengan terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
(2)   Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian kekuasaannya kepada pemerintah federal.
(3)   RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan  Negara Belanda dalam Uni Indonesia-Belanda.
(4)   Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS.
4.      Agresi Militer Belanda II
Pada 18 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell  mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi oleh Persetujuan Renville. Pada 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi Militer II ke ibu kota Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat menguasai Yogyakarta. 
Presiden Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke Pulau Bangka. Beliau lalu mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr. Syaffruddin Prawiranegara. Isinya agar membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI), di Bukit Tinggi Sumatra Barat.
Pada 1 Maret 1949 Brigade X mengadakan serangan umum ke Yogyakarta.  Penyerangan ini dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan ini memakai sandi "Janur Kuning". Serangan ini dikenal juga dengan "Serangan Umum 1 Maret". Dalam penyerangan ini Tentara Republik Indonesia dalam serangan ini berhasil menduduki Kota Yogyakarta selama 6 jam.

c.       Perundingan dalam usaha pengakuan kedaulatan
Indonesia telah beberapa kali mengadakan perundingan dengan Belanda. Namun, perjanjian itu selalu dilanggar oleh Belanda. Selanjutnya, komisi PBB untuk Indonesia atau UNCI (United Nations Comission for Indonesia) mempertemukan kembali Belanda dengan Indonesia di meja perundingan.
1.      Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian Roem-Royen ditandatangani di Jakarta pada 7 Mei 1949. Pihak Indonesia dipimpin oleh Mr. Moh. Roem dengan anggota Drs. Moh. Hatta dan Sultan Hamengkubuwono IX, sedangkan Belanda diwakili oleh Dr. Van Royen. Isi perjanjian Roem-Royen  sebagai berikut.
(1)   Penghentian tembak-menembak antara Indonesia dan Belanda.
(2)   Pengembalian pemerintah Republik Indonesia ke Yogyakarta.
(3)   Pembebasan para pemimpin RI yang ditahan Belanda.
(4)   Segera mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Hag, Belanda.

2.      Konferensi Inter-Indonesia (KII)
KII diadakan oleh bangsa Indonesia sendiri, yaitu antara delegasi RI dan BFO (Bijeen komstvoor Federal Overleg). Dalam konferensi ini delegasi RI dipimpin Drs. Moh. Hatta. BFO dipimpin oleh  Sultan Hamid II.  Tujuan konferensi ini untuk mempersatukan pendapatan yang akan diperjuangkan dalam KMB.

3.      Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) dilaksanakan pada 12 Agustus hingga 2
November 1949 di Den Haag, Belanda. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Drs. Moh. Hatta. Delegasi Negara Federal atau BFO dipimpin oleh Sultan Hamid II. Delegasi Belanda dipimpin oleh Mr. van Maarseveen.  Dari UNCI sebagai pengawas dan penengah diwakili oleh Chritchley. Hasil perjanjian KMB sebagai berikut.
1)      Dibentuknya Negara Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan menyerahkan kedaulatan kepada RIS pada akhir Desember 1949.
2)      Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda.
3)      Irian Barat akan diserahkan kepada RIS setahun setelah penyerahan
kedaulatan oleh belanda



BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    Kesimpulan
Proses kedatangan bangsa Eropa di berbagai daerah di Indonesia tidak terlepas dari keadaan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang terjadi di Eropa. Keadaan itu antara lain terputusnya hubungan dagang antara Eropa dan Asia setelah Kota Konstantinopel dikuasai oleh Turki Usmani pada tahun 1453. Keadaan lain berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, keinginan untuk mengadakan petualangan, dan keinginan untuk menyebarkan agama Nasrani. Sedangkan kebutuhan vitalnya adalah mencari rempah-rempah langsung ke sumbernya.  Para penjelajah bangsa Eropa yang datang ke Indonesia dipelopori oleh Portugis dan Spanyol, kemudian diikuti bangsa-bangsa Eropa lainya seperti Belanda dan Inggris.
B.     Saran
Masyarakat Indonesia harus lebih berhati-hati terhadap masyarakat Internasional. Masyarakat harus pandai-pandai dalam mengelolah Negara sendiri agar tidak mudah dijajah Negara tetangga. Terutama pemuda-pemudi Indonesia harus selalu menjaga dan mempertahankan Indonesia jangan sampai Indonesia terjajah lagi oleh negara lain, apalagi sampai mengalami hal yang serupa (sistem tanam paksa) serta perlunya pemerintah untuk menjaga bangsa Indonesia.


DAFTAR PUSTAKA
Kartonagoro,Soewidji. 1975. Belajar Membaca Sejarah Nasional Indonesia. PN Balai Pustaka:Jakarta. 
Notosusanto,Nugroho. 1984. Sejarah Nasional Indonesia IV . PN Balai Pustaka:Jakarta
Nasution, S., Sejarah Pendidikan Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika Offset, 1995 

Share:

0 komentar:

Posting Komentar

adsense

Sosiologi Antropologi

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini